Di sudut hati, aku berdoa,
Meminta sebuah dompet baru yang sempurna,
Harapan melambung tinggi ke langit,
Membayangkan sebuah hadiah yang indah dan legit.
Lalu datanglah ia, membawa bingkisan,
Dompet hitam dalam genggaman tangan.
Mataku berbinar, hati penuh suka,
Namun harapanku redup seketika.
Kulitnya kusam, terkelupas di sana-sini,
Bukan seperti yang kuingini.
Sedih menyelinap tanpa permisi,
Kenapa ini yang diberi?
Apakah ia sengaja, ataukah lupa?
Hanya Tuhan yang tahu jawabannya.
Namun pelajaran berbisik dalam sunyi,
Di balik kecewa, ada rahasia Ilahi. Â
Kadang berkat datang tak sesuai rupa,
Tak selalu indah seperti angan kita.
Tuhan mengajar lewat sederhana,
Agar kita tetap rendah hati dan percaya.Â
Mungkin dompet ini bukanlah akhir,
Melainkan awal untuk aku mengerti,Â
Bahwa syukur tak terukur oleh materi,Â
Dan berkat sejati adalah hati yang tulus menerima.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!