Di zaman yang serba cepat dan teknologi yang semakin maju, kita bisa berpikir bahwa mencari pekerjaan seharusnya jadi lebih mudah, bukan.
Tapi kenyataannya? Tidak semanis kelihatannya.
Kalau kita lihat tren terbaru di LinkedIn, ada fenomena yang cukup mencengangkan: para pencari kerja muda menambahkan tagar #Desperate di profil mereka.
Ini bukan cuma tren, tapi sebuah sinyal bahwa ada masalah nyata yang sedang dihadapi generasi muda dalam mencari pekerjaan.
Dalam tulisan ini, kita akan coba mengupas isu ini lebih dalam dan melihat bagaimana pemerintahan Prabowo-Gibran dapat berperan dalam mencari solusi atas masalah ini.
Fenomena Tagar #Desperate: Sinyal dari Generasi Pencari Kerja?
Jika kamu aktif di LinkedIn, kamu mungkin sudah melihat tagar #Desperate yang dipasang oleh beberapa anak muda di bio mereka.
Tagar ini muncul sebagai bentuk protes halus atau mungkin luapan frustrasi dari generasi muda yang merasa jalan mereka dalam mencari pekerjaan makin terjal.
Di balik tagar ini, tersembunyi perasaan putus asa karena berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, mengirim lamaran pekerjaan tapi tidak kunjung mendapat respon yang diinginkan.
Tapi, apakah sulitnya mendapat pekerjaan ini benar-benar kian nyata atau hanya persepsi? Menurut data, realitasnya memang demikian.
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pengangguran di kalangan pemuda, terutama yang baru lulus kuliah, mencapai tingkat yang memprihatinkan.