Selain itu, kami melihat bahwa perhatian orang tua lebih banyak tertuju kepada si adik, yang memerlukan perawatan lebih intensif.
Hal ini memperparah perasaan si kakak yang merasa tidak lagi menjadi pusat perhatian seperti sebelumnya. Ia sering kali menjadi luapan emosi orang tua ketika lelah atau frustasi dengan tanggung jawab baru mereka.
Kami bahkan pernah mendengar si kakak mengaku kepada kedua orang tuanya bahwa ia tidak memiliki adik.
Pernyataan ini menunjukkan adanya penolakan emosional yang mungkin timbul karena ketidaksiapan dan kurangnya perhatian yang diterimanya setelah adiknya lahir.
Ia tidak pernah diberi kesempatan untuk benar-benar menerima dan menyadari peran barunya sebagai kakak.
Dari pengalaman tetangga kami tersebut, jelas bahwa komunikasi adalah kunci untuk membantu anak pertama memahami dan menerima peran barunya.
Anak pertama biasanya terbiasa mendapatkan seluruh perhatian dan kasih sayang dari orang tua, sehingga kehadiran adik bisa menjadi ancaman bagi rasa aman dan posisinya dalam keluarga.
Mengkomunikasikan rencana menambah anggota keluarga jauh sebelum kelahiran si adik dapat membantu si kakak mempersiapkan diri secara emosional.
Orang tua bisa menggunakan cara yang kreatif dan sesuai dengan usia anak untuk menjelaskan bahwa mereka akan memiliki seorang adik baru.
Misalnya, bisa menggunakan cerita atau bermain peran, yang memberikan gambaran kepada anak tentang apa yang akan terjadi ketika ia punya adik baru.
Selain itu, mengajarkan konsep berbagi dan bekerja sama sebelum kelahiran adik juga bisa meminimalisir konflik yang mungkin timbul di masa depan.