Kelas-kelas dikelompokkan berdasarkan usia (balita, pratama, madya, dan remaja). Buku-buku atau modul-modul pelajaran dan guru disiapkan untuk masing-masing kelompok usia.
Setiap kelas biasanya ditangani oleh seorang guru. Namun, ada juga kelas yang ditangani oleh dua atau tiga orang guru, tergantung jumlah dan keadaan murid.
Kenaikan kelas berlaku secara otomatis sesuai usia murid. Tidak ada murid yang tidak naik kelas atau tidak lulus, semua murid pasti lulus dan naik kelas. Inilah keunikan sekolah nonformal bernama Sekolah Minggu.
Semakin lama seorang murid bergabung di Sekolah Minggu, maka diharapkan murid tersebut semakin dewasa dalam iman dan pengetahuan tentang Tuhan (teologi). Kita juga berharap kelak mereka terpanggil untuk melayani Sekolah Minggu.
Kenyataannya, sebagian besar guru-guru Sekolah Minggu adalah mantan murid Sekolah Minggu atau anggota jemaat yang terpanggil melayani di gereja lokal.
Contohnya saya, sebelumnya saya adalah seorang murid Sekolah Minggu, di kemudian hari saya terpanggil untuk melayani Sekolah Minggu.
Para guru Sekolah Minggu ini adalah pelayan-pelayan yang memberi dirinya melayani Sekolah Minggu dengan penuh komitmen. Mereka tidak pernah mengeluh atau meminta imbalan dari gereja lokal tempat mereka melayani.
Bahkan, mereka sering berkorban dengan mengeluarkan uang pribadi untuk biaya transportasi; sering kali mengeluarkan uang pribadi untuk membeli alat peraga; sering kali memberi hadiah ulang tahun, hadiah natal, dan hadiah-hadiah lainnya dari uang pribadi mereka dengan sukacita.
Mereka pula yang sering mengunjungi rumah-rumah murid, baik sekadar bercerita atau mendoakan yang sedang sakit.
Mengapa mereka begitu rela melakukan pelayanan ini? Jawabannya: karena mereka sadar bahwa pelayanan ini adalah milik Allah dan bersifat kekal. Mereka sedang berinvestasi bagi pekerjaan kerajaan surga.
Sekalipun Sekolah Minggu merupakan pendidikan nonformal, ia memiliki peran penting dalam membina kerohanian anak dan mengasah keterampilan anak, sehingga pendidikan jenis ini patut dipertimbangkan oleh para orangtua Kristen.