Meskipun pendidikan informal merupakan pendidikan tanpa pengakuan tertulis (sertifikat dan ijazah), namun ia turut berpengaruh terhadap pendidikan formal dan nonformal.
Mengapa dikatakan demikian, karena kesuksesan pendidikan formal dan nonformal ditopang oleh pendidikan informal.
Sebagai ilustrasi saja, saya dapat menyelesaikan pendidikan sarjana (2014) dan magister (2023), dikarenakan tertatanya pendidikan informal dalam keluarga saya.
Karena itu, peran orangtua sebagai guru inti dalam pendidikan informal menjadi penentu keberhasilan pendidikan formal kita.
Retaknya pendidikan informal (kedua orangtua memiliki masalah internal, cerai, pisah tempat tinggal yang terlalu lama, dsb.) bisa memengaruhi pendidikan formal anak di kemudian hari.
Misalnya, anak bolos atau putus sekolah karena pergaulan bebas (perilaku individu atau suatu kelompok yang menyimpang). Nampaknya, pendidikan informal yang baik itu berasal dari keluarga yang baik-baik.
Keluarga yang baik-baik bukan berarti keluarga sejahtera dengan perekonomian keluarga yang mapan, namun lebih kepada keharmonisan dalam manajemen organisasi keluarga berjalan dengan baik.
Misalnya, orangtua menyediakan waktu khusus untuk mendidik anak-anaknya secara intensif baik dalam bentuk pengajaran, pembelajaran perlakuan dan tutur kata, menjadi cerminan yang baik dalam masyarakat. (Sumber: Detik.com).
Didikan seperti inilah yang membuat seseorang berhasil dalam pendidikan formalnya. Paparan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan informal tidak boleh dipandang sebelah mata.
Pendidikan Informal Belum Mendapat Pengakuan
Selama ini pendidikan formal, seperti sekolah dan perguruan tinggi cenderung menjadi fokus utama dalam sisitem pendidikan kita, di mana anggaran yang dikeluarkan pemerintah relatif besar.