Bukan hanya hutan mangrove yang menjadi benteng pertahanan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir utara Jakarta, tapi juga tanggul beton.
Di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, misalnya, daratan sudah lebih rendah dibandingkan dengan permukaan laut.
Saya menelusuri wilayah pesisir utara itu pada Jumat 14 Juni 2024. Ditemani terik sinar matahari jelang sore, perjalanan dimulai saat saya memasuki Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Utara.
Terdapat tanggul beton dengan tinggi kira-kira 5 m dan memiliki ketebalan 15 cm dari sisi daratan dan membentang memisahkan daratan dari perairan laut.
Saya berdiri dengan mantap di atas tanggul menyaksikan deburan ombak yang tidak henti-hentinya menghantam tanggul. Percikan air dari ombak tidak bisa dihindari, sehingga mengenai kaki saya.
Kalau anda berdiri atau berjalan di atas tanggul ini, seolah-olah tidak terjadi apa-apa di bawah sana. Hanya terdengar suara deburan ombak yang menghantan tanggul.
Namun, saat anda turun dan mengintip ke arah laut dari balik tanggul, anda akan terkejut bahwa permukaan lautan ternyata lebih tinggi daripada permukaan daratan.
Menurut laporan KOMPAS.com, selisih tingginya bahkan telah mencapai 1,5 m. Itu artinya, kalau tidak dibangun tanggul beton, maka sudah pasti wilayah pesisir utara Jakarta bakal terendam air laut.
Meski telah dibentengi tanggul beton, bukan berarti sisi daratan kering seluruhnya. Di lokasi dermaga, misalnya, saya menemukan beberapa genangan air laut yang cukup luas.
Sudah bisa ditebak bahwa genangan air laut itu tidak lain berasal dari dinding tanggul yang berlubang dan deburan ombak yang menghantan tanggul saat air laut pasang.