Dalam Jurnal Science Direct disebutkan beberapa penelitian di negara berkembang mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan ibu berkorelasi dengan angka kematian bayi. Bahwa, semakin tinggi pendidikan ibu, maka angka kematian bayi cenderung rendah atau berkurang.
Selain itu, seorang ibu yang berpendidikan tinggi juga akan sangat kecil kemungkinannya melakukan pola asuh yang keliru selama masa tumbuh kembang anak.
3. Memengaruhi Kesejahteraan Ekonomi Keluarga
Ibu dengan level pendidikan yang tinggi akan mampu mensejahterakan ekonomi keluarga, karena ia mempunyai cara yang kreatif untuk mendukung kesejahteraan finansial keluarga dan memutus rantai kemiskinan antar generasi.
Lebih jauh, dalam jurnal berjudul "Doing it All? Mothers College Enrollment, Time Use, and Affective Well-being", menyebutkan ada banyak literatur yang menemukan bahwa anak-anak dari orangtua yang berpendidikan tinggi, lebih mungkin mencapai tingkat pendidikan dan ekonomi yang lebih tinggi, ketimbang anak-anak dengan orangtua yang berpendidikan rendah.
4. Ibu Rumah Tangga Masih Bisa Berkarya
Di era teknologi digital ini, menjadi ibu rumah tangga bukan berarti minim karya. Sudah tidak terhitung berapa banyak ibu rumah tangga yang sukses berkarya sekaligus mengurus rumah tangga. Mereka tetap bisa mengasuh anak sembari berbisnis online maupun ofline.
Bahkan, saya amati, banyak ibu-ibu rumah tangga mendapat uang tambahan dari menulis di platform blog. Meskipun penghasilan mungkin tidak sebanding dengan pekerja kantoran, apresiasi tetap layak disematkan pada mereka.
Sebagai kesimpulan: untuk mendidik anak zaman now, tidak hanya butuh seorang ibu yang pandai memasak, mencuci, dan membersihkan rumah, tapi juga butuh seorang ibu yang berwawasan luas. Masih ingat nasihat Dian Sastro di atas, ibu-ibu yang cerdas akan menghasilkan anak-anak yang cerdas pula.
Tanpa pendidikan tinggi, seorang ibu rumah tangga akan mudah termakan informasi palsu atau hoaks yang mungkin ia temui di internet seputar pengasuhan anak. Hasil penelitian dari Center for Life-Span Development Universitas Gadjah Mada, Fakultas Psikologi, menunjukkan bahwa 55,4 persen orangtua milenial di Indonesia, khususnya ibu, mencari informasi parenting melalui internet. (Sumber: TIRTO.id).
Itu artinya, para ibu yang tidak berpendidikan tinggi sangat rentan terpapar informasi hoaks yang dapat berpengaruh buruk pada tumbuh kembang anak. Karena itu, bagi ibu-ibu rumah tangga yang belum mengenyam pendidikan tinggi karena beberapa alasan, masih terbuka kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi.
Bagi ibu-ibu yang bergelar sarjana, jangan malu dengan tudingan "Sarjana kok jadi ibu rumah tangga". Justru, berbanggalah menjadi seorang ibu rumah tangga yang bergelar sarjana. Sedangkan, bagi ibu-ibu yang bekerja di luar rumah, ingat bahwa mencari uang bukan prioritas utama. Prioritas utama adalah mengasuh anak.
Dengan demikian, baik ibu rumah tangga maupun ibu yang bekerja memiliki tanggung jawab yang sama: mensejahterakan anak.