Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alasan Mengapa Saya Masih Tetap Tinggal di Jakarta

29 Januari 2024   23:05 Diperbarui: 30 Januari 2024   01:01 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai anak desa, bersekolah dan tinggal di kota besar seperti Jakarta, merupakan impian terbesar. Perjalanan saya ke Jakarta, dimulai dari kota Malang, Jawa Timur.

Kala itu, tahun 2009, saya diterima kuliah di Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti (SATI) Malang. Saya terbang dengan pesawat dari Bandara Pattimura Ambon menuju Bandara Internasional Juanda Surabaya. Itu adalah kali pertama saya naik pesawat. He-he.

Di Malang, saya tinggal di asrama kampus, hingga lulus kuliah tahun 2014. Setelah lulus, kakak kelas menawarkan pelayanan di Jakarta ke saya. Tanpa berpikir panjang, saya langsung mengiayakannya.

Saya ingat, saya berangkat ke Jakarta naik bus malam dari terminal Arjosari, Malang. Tiba di Jakarta, saya disambut hangat oleh kakak kelas saya. Peristiwa itu terjadi sekitar akhir tahun 2014.

Sejak saat itu, hingga sekarang, saya tetap melayani dan tinggal di Jakarta. Bahkan, saya telah menjadi warga Jakarta Barat.

Artikel ini merupakan sebuah refleksi atau pemikiran yang berangkat dari pengalaman saya tinggal di Jakarta selama hampir 10 tahun.

Berdasarkan pengalaman itulah, saya berani berkata bahwa, Jakarta tetap menjadi kota yang menarik dan nyaman untuk ditinggali.

Sebelum melihat beberapa alasan fundamental mengapa saya ingin tetap tinggal di Jakarta, kita akan melihat terlebih dahulu beberapa alasan mengapa orang tidak tertarik lagi untuk tinggal di Jakarta.

Alasan Mengapa Orang Tidak Ingin Tinggal di Jakarta

Ada yang bilang, kalau Jakarta adalah kota yang paling "kejam" atau "keras". Maksudnya, kota yang biaya hidupnya serba mahal, apalagi jika gajinya kecil (di bawah UMR). Sehingga, bagi yang bertahan di Jakarta dianggap hebat.

Pandangan di atas benar, sebab saya telah mengalaminya sendiri. Nanti, saya akan ungkapkan alasan saya tetap kekeh tinggal di Jakarta, meskipun biaya hidupnya serba mahal.

Selain biaya hidup yang serba mahal, lingkungan Jakarta juga dianggap tidak sehat dari segi kualitas udaranya. Kalau alasan yang satu ini, memang, tidak bisa kita pungkiri.

Menurut laporan Kompas.com, Jakarta sempat menempati posisi kedua dari 10 kota dengan kualitas terburuk di dunia, Jumat 17 Mei 2022. Posisi pertama ditempati oleh Johannesburg, Afrika Selatan.

Selain masalah biaya hidup, polusi udara, alasan lain yang membuat orang-orang tidak tertarik untuk tinggal di Jakarta adalah masalah banjir. Setiap kali musim hujan, Jakarta selalu dikepung banjir.

Masalah kemacetan juga menjadi alasan utama orang tidak tertarik tinggal di Jakarta. Bagaimana tidak, hampir setiap hari warga Jakarta mengalami macet.

Kemacetan Jakarta, biasanya terjadi pada pagi hari, yakni saat warga berangkat kerja dan pada sore hari, yakni saat warga pulang kerja.

Wajar saja, karena Jakarta termasuk salah satu kota berpenduduk terpadat di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 11.249.585 jiwa pada bulan Juni tahun 2022.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta pernah memprediksi jumlah pendatang baru setelah libur Idul Fitri 2023, yaitu sebesar 27.478 pendatang. Jadi, kemacetan tidak bisa terhindarkan.

Alasan lain barangkali adalah budaya yang serba cepat. Jakarta adalah kota profesional, sehingga budaya masyarakatnya adalah serba cepat, dan serba buru-buru.

Saya mengalaminya di berbagai tempat seperti di halte kendaraan umum, mal, cafe, hingga lingkungan perkantoran dan sekolah. Budaya ini, kurang cocok dengan orang-orang dari luar Jakarta yang terbiasa slow life.

Nah, itu dia, beberapa alasan mengapa orang-orang tidak ingin lagi tinggal di Jakarta. Anehnya, meskipun Jakarta mempunyai banyak kekurangan, masih saja ada orang yang tetap ingin tinggal di Jakarta, salah satunyanya saya.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa saya masih tetap ingin tinggal di Jakarta, sekalipun ke depannya Jakarta bukan lagi menjadi ibu kota negara Indonesia.

Alasan Mengapa Saya Masih Tetap Tinggal di Jakarta

Alasan pertama adalah karena pelayanan. Saya ke Jakarta karena ingin mendapat pengalaman baru dalam bidang pelayanan gerejawi

Di Jakarta, saya melayani sebuah gereja kecil di daerah Jembatan Lima, Jakarta Pusat dari tahun 2014 hingga sekarang.

Alasan kedua adalah karena saya ingin melanjutkan studi ke jenjang S2. Sebagaimana yang diketahui bahwa, Jakarta merupakan pusat pendidikan di Indonesia.

Tidak heran, kalau Jakarta memiliki banyak Sekolah Tinggi Teologi (STT) terbaik. Sebut saja Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT), Sekolah Tinggi Teologi Reformed Indonesia (STTRI), Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung (STTAA), Sekolah Tinggi Teologi Iman Jakarta (STTIJ), dan lain-lain.

Bersyukur, pada tahun 2019, saya berkesempatan untuk melanjutkan studi S2 di STT Iman Jakarta -- salah satu sekolah terbaik dari segi teologi, dan lulus tahun 2023 lalu. Ke depan saya juga bakal melanjutkan studi S3 di Jakarta.

Alasan ketiga adalah karena pekerjaan. Sebagai anak desa, saya pernah bermimpi untuk mencari pekerjaan di kota besar dengan gaji yang besar pula. Rupanya, mimpi itu terwujud.

Setelah lulus pendidikan S2, saya ditawarkan sebagai dosen di salah satu STT di Jakarta dengan gaji yang lumayan besar, jika dibandingkan dengan gaji di daerah saya. Intinya, di Jakarta peluang untuk berkarir sebagai dosen teologi terbuka lebar.

Alasan keempat adalah karena Jakarta punya banyak tempat wisata yang menarik. Meskipun Jakarta padat dengan aktivitasnya, Jakarta mempunyai banyak destinasi wisata yang bisa membuat warganya merasa bahagia.

Beberapa spot wisata yang terkenal seperti Monas, Dufan Ancol, Jakarta History Museum, Taman Margasatwa Ragunan, dan wisata bahari di Kepulauan Seribu.

Alasan kelima adalah karena Jakarta merupakan pusat perbelanjaan. Mal-mal di Jakarta selalu ramai pada akhir pekan. Selain itu, ada banyak event menarik yang diadakan di Jakarta setiap hari yang membuat warganya terhibur.

Alasan keenam adalah karena akses internet yang cepat. Di desa, saya sulit mengakses internet, tetapi di Jakarta, saya bisa mengakses internet dengan mudah dan cepat.

Alasan terakhir mengapa saya ingin tetap tinggal di Jakarta adalah karena transportasinya lengkap. Transportasi umum di Jakarta sangat mudah dan murah. Semuanya terintegrasi menjadi satu. Nampaknya, transportasi terbaik di Indonesia saat ini ada di Jakarta.

Nah, itu dia, beberapa keuntungan tinggal di Jakarta. Bagaimana, kalian tertarik tinggal di Jakarta?

Kesimpulan

Bagi sebagian orang, Jakarta mungkin memprihatinkan dan membahayakan, tetapi Jakarta bagi saya membanggakan dan menjanjikan. Membanggakan dari segi infrastruktur dan transportasi, dan menjanjikan dari segi ekonomi. Inilah yang menjadi alasan mengapa saya belum mau minggat dari Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun