Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengoptimalkan Pengelolaan Wisata Bahari di Pulau Pari, Kepulauan Seribu

3 Januari 2024   23:24 Diperbarui: 3 Januari 2024   23:26 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara yang kaya dengan keberagaman. Keberagaman suku, agama, budaya, bahkan alam. Shingga, menarik banyak orang untuk mengunjungi negara ini. Salah satu ketertarikan yang belum tentu dimiliki oleh negara lain adalah sektor pariwisata bahari.

Menurut Sayogi dan Demartoto, sektor pariwisata bahari ini menjadi destination branding yang dimiliki Indonesia. Artinya, wisata-wisata bahari yang dimiliki Indonesia hari ini sudah bisa menjadi daya jual dan menarik para wisatawan mancanegara untuk mengeksplore lebih jauh keindahan bahari yang dimiliki Indonesia.

Salah satu pulau yang menurut saya sangat potensial menjadi objek wisata bahari adalah Pulau Pari di Kepulauan Seribu. Hal ini dikarenakan Pulau Pari sendiri memberikan pemandangan alam yang luar biasa dengan hamparan pasir putih, air laut yang jernih, hutan bakau yang rimbun, dan panorama bawah laut yang indah.

Sayangnya, semua keunggulan bahari yang dimiliki pulau mungil ini belum dioptimalkan dengan baik oleh masyarakat setempat maupun pemerintah daerah. Dari pengamatan saya selama berlibur di Pulau Pari pekan lalu, saya mendapati setidaknya ada 5 aspek yang perlu dioptimalkan, yaitu aspek sosial, ekonomi, ekologi, infrastruktur, dan kelembagaan. Kelima aspek ini akan diuraikan sebagai berikut.

1. Aspek Sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Neksidin, dkk., menyatakan kalau mayoritas masyarakat di Pulau Pari berpendidikan rendah, yakni SD 67%, SMP 8%, SM 17%, sedangkan perguruan tinggi 2%. Meskipun demikian, mayoritas warganya bersikap ramah terhadap wisatawan. Ketika kami bertanya tentang lokasi Pantai Rengge Pantai Bintang ke bebarapa warga yang kami temui di jalan, mereka dengan senang hati menunjukkan lokasi pantai kepada kami.

Pada dasarnya, warga Pulau Pari sangat ramah. Justru, yang tidak ramah itu adalah para wisatawan. Selama 4 berlibur di Pulau Pari, hampir setiap hari kami mendengar kata-kata kotor dari para wisatawan muda. Kebiasaan buruk ini apabila dibiarkan, akan merusak budaya ramah masyarakat setempat. Lambat laun, mereka juga akan berbicara kotor.

Karena itu, saya kira, perlu sekali diberikan edukasi terkait tata krama kepada para wisatawan yang datang berwisata di Pulau Pari. Interaksi sosial yang baik antara wisatawan dan warga lokal, akan mendukung keberlanjutan wisata bahari di Pulau Pari.

2. Aspek Ekonomi

Mayoritas masyarakat di Pulau Pari terlibat dalam usaha wisata bahari, seperti usaha warung makan dan home stay. Ketika saya berkeliling dengan sepeda, saya melihat banyak sekali rumah warga yang dijadikan home stay, meskipun dengan modal sendiri.

Keterlibatan anggota keluarga dalam usaha wisata bahari di Pulau Pari, jelas memengaruhi perekonomian masyarakat setempat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Neksidin, dkk., menyatakan kalau 79 responsen mengakui terjadi perubahan pendapatan, yakni dari yang semula pendapatan hanya didapat dari budi daya rumput laut dengan perputaran uang yang cukup lam, sekarang hanya dalam waktu 1 pekan warga bisa memperoleh keuntungan yang lebih besar, sehingga menutup kebutuhan rumah tangga.

Namun, barangkali, yang perlu ditingkatkan pada aspek ekonomi adalah produksi kuliner oleh-oleh Pulau Pari. Sejauh kaki melangkah, saya nyaris melihat makanan khas Pulau Pari yang dijual, kecuali telur gulung. Padahal, Pulau Pari memiliki kekayaan laut seperti rumput laut dan ikan. Mengapa tidak coba membuat bakso ikan, kerupuk ikan, ikan asin, atau dodol dari rumput laut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun