Setelah jelajah Benteng Oranje di pusat Kota Ternate, kini kita bergeser sedikit ke bibir pantai, tepatnya di Desa Kayu Merah, Kec. Ternate Selatan, Maluku Utara. Di bibir pantai ini berdiri sebuah benteng kecil yang diberi nama Benteng Kalamata (Fort Kalamata). Sudah siap untuk jelajah Benteng Kalamata?
Sebelum jelajahi Benteng Kalamata, saya akan membuat peta terlebih dahulu. Tujuannya agar memudahkan kita dalam melakukan penjelajahan.
Pertama-tama, kita akan menelusuri asal-usul Benteng Kalamata, lalu peran Benteng Kalamata pada era kolonial, kemudian menggali peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di balik Benteng Kalamata.
Asal-usul Berdirinya Benteng Kalamata
Menurut laporan kemdikbud.go.id, Benteng Kalamata didirikan oleh Portugis pada tahun 1540 dibawah kepemimpinan Antonio Pigaveta. Mulanya, benteng ini diberi nama Benteng Santa Lucia.
Namun, setelah benteng ini jatuh ke tangan Belanda tahun 1810, namanya diubah menjadi Benteng Kalamata. Konon, Belanda mengambil nama tersebut dari nama pangeran Kesultanan Ternate, Kaicil Kalamata. Kaicil Kalamata adalah kakak dari Sultan Mandarsjah dan paman dari Sultan Kaicil Sibori Amsterdam.
Sebagai informasi, Pangeran Kalamata pernah memimpin pemberontakan rakyat Maluku mulai tahun 1650 sampai tahun 1655. Dia, juga pernah bergabung dengan Kerajaan Gowa dan menjadi salah satu orang kepercayaan Sultan Hasanuddin. Pangeran Kalamata wafat di Makasar pada 23 Februari tahun 1676.
Benteng Kalamata dibangun oleh Portugis berbentuk segi empat tak beraturan. Apabila dilihat dari atas udara, benteng ini terlihat seperti seekor penyu. Menurut Kompasianer Irma Sabriany, bahan material benteng ini terdiri dari batu sungai, karang, dan kapur.
Sedangkan, ketebalan temboknya sekitar 60 centimeter dan memiliki tinggi sekitar 3 meter. Yang menarik adalah benteng ini didirikan menghadap Pulau Maitara dan Pulau Tidore.
Peran Benteng Kalamata pada Era Kolonial
Portugis mendirikan benteng Kalamata dalam upaya memonopoli perdagangan cengkeh, sekaligus memperkuat dominasi mereka atas kekuatan Eropa di wilayah Maluku Utara.
Setelah Portugis meninggalkan Ternate tahun 1575, benteng ini dikuasai oleh Spanyol. Spanyol menggunakan benteng ini sebagai pos perdagangan dan dalam upaya untuk melancarkan serangan terhadap Belanda. Kedua negara itu saling bergantian menduduki benteng yang berbentuk penyu itu.
Berdasarkan catatan sejarah, Benteng Kalamata pernah diperebutkan oleh 5 negara, yaitu Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Indonesia. Barangkali, benteng ini jadi satu-satunya benteng yang paling banyak direbutkan di antara benteng-benteng lainnya.