Siapa di antara pembaca yang pernah ke Maluku? Pernah melihat rumah yang dindingnya terbuat dari gaba-gaba (pelepah sagu) dan atap dari daun sagu? Mungkin, di kota-kota, anda sudah tidak melihat rumah tradisional ini.
Tapi, kalau masuk ke desa-desa terpencil di Maluku, anda akan melihat rumah yang terbuat dari pohon sagu. Sebenarnya, bukan hanya di Maluku saja, tapi juga di Papua.
Ya, dari dulu, masyarakat Maluku membangun rumah tinggal dengan memakai bahan material yang didapat secara alami, dari pohon sagu yang sudah tumbang. Orangtua saya, termasuk yang memiliki rumah dari pohon sagu.
Di zaman yang modern ini, orang-orang yang masih membangun rumah dari pohon sagu dianggap miskin. Sedangkan, orang-orang yang membangun rumah dari semen dianggap kaya.
Mengapa bisa begitu? Hal ini, karena biaya pada bahan material pohon sagu lebih murah, ketimbang biaya pada bahan material semen.
Meskipun sering dipandang sebelah mata, ternyata bangun rumah dari material pohon sagu memiliki manfaat positif bagi manusia dan lingkungannya.
Tentang Pohon Sagu
Sebelum membahas lebih jauh, mungkin kita perlu melihat sekilas apa itu tanaman sagu dan bagaimana penyebarannya di Nusantara, jenis-jenis pohon sagu, dan manfaat dari pohon sagu.
Pohon sagu dan penyebarannya di Indonesia
Pohon sagu (nama ilmiahnya metroxylon sp), termasuk pohon dari famili palmae yang tumbuh di wilayah tropik basah (seperti rawa-rawa air tawar, daerah pinggir aliran sungai, atau dekat dengan sumber dan hutan rawa.
Kebetulan rumah saya di Saparua, Maluku Tengah, dikelilingi oleh pohon sagu. Kalau lagi musim hujan, saya dan teman-teman memancing ikan di antara pepohonan sagu.
Kalau tidak hati-hati akan tertusuk duri-duri pohon sagu - dan memang sering kejadian saya tertusuk duri sagu. Jangan tanya rasa sakitnya gimana. Sakitnya tak tertahankan.
