Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Senang traveling dan tertarik dengan isu-isu Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Diary

Trauma Versus Nostalgia

22 November 2023   14:28 Diperbarui: 22 November 2023   18:30 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trauma adalah kondisi psikologis yang terluka akibat suatu kejadian yang tak terduga dan berdampak besar, sering kali diikuti dengan kehilangan orang-orang atau hal yang paling dilindungi. Trauma dapat menjadi sebuah aset pribadi atau dapat melahirkan sebuah trauma yang kolektif.

Kejadian yang begitu berdampak kepada suatu komunitas sosial dapat memicu sebuah trauma mendalam pada komunitas tersebut, dan lambat laun akan menjadi suatu hal yang sangat ditakutkan akan terulang kembali.

Nostalgia dapat diartikan sebagai sebuah kondisi, di mana individu atau kelompok mengingat sebuah kejadian yang pernah terjadi di masa lalu dan belajar dari kejadian tersebut. Nostalgia dalam alam pikiran manusia, layaknya trauma juga mendapat tempat di bagian alam bawah sadar manusia.

Yang membedakan antara trauma dan nostalgia adalah tentang reaksi yang dihasilkan oleh pengalaman. Trauma sering kali memunculkan reaksi keras terhadap sebuah kejadian yang memicunya, sedangkan nostalgia muncul dengan reaksi yang jauh lebih terkendali, dan sering kali hanya berupa penerimaan dan kedewasaan diri untuk menerima fakta dan pengalaman yang menciptakannya.

Anda punya nostalgia anda sendiri? Anda sangat beruntung! A.S. Laksana pernah bilang kalau orang-orang yang bahagia selalu memiliki banyak kenangan manis dalam hidup yang mereka jalani.

Siang ini, tak sengaja, seorang teman Facebook saya mengingatkan saya akan makanan masa kecil seperti pisang rebus/bakar, biji nangka rebus, dan sukun rebus/goreng. Selain itu, ada lagi yang paling saya suka, biji gayang/gayam rebus. Bentuknya mirip jengkol, namun gayang tidak berbau dan rasanya gurih. Saya biasa memakannya dengan kelapa sisi. Enak banget.

Untuk mendapatkan biji gayang, saya harus berjalan kaki berkilo-kilo ke hutan. Jalananya tanjakan pula. Tapi, perjalanan mencari biji gayang terbayar karena saya dan teman-teman mendapatkan banyak biji gayang untuk direbus.

Saya bahagia sekali ketika mengingat-ingat pengalaman manis di masa kanak-kanak dulu. Anda punya nostalgia apa di masa kanak-kanak?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun