Judul di atas, saya akui terinspirasi dari kata-kata bijak Mahatma Gandhi - "Bapak bangsa India." Gandhi menulis, "Hiduplah seolah-olah kamu akan mati besok. Belajarlah seolah-olah kamu akan hidup selamanya."
Berdasarkan kata-katanya itu, saya kemudian berefleksi tentang perjalanan menulis saya selama satu bulan lima hari di Kompasiana. Per hari ini, saya telah berhasil menulis 47 artikel (tidak termasuk artikel yang kalian baca ini) di Kompasiana.
Dari ke-47 artikel itu, 1 artikel masuk kategori AU, 27 artikel masuk kategori Pilihan, sisanya tidak berlabel. Selama satu bulan lebih ini saya juga berhasil naik level dari "Debutan" ke "Junior" dengan total poin 712.
Senang? Iya, senang. Tapi, jauh dalam lubuk hati saya, sebenarnya, tersimpan perasaan khawatir luar biasa. Saya khawatir kalau akun saya bakal diblokir oleh admin Kompasiana suatu saat, entah kapan, mengingat saya telah 3 kali melakukan pelanggaran.
Seingat saya, 1 artikel saya terindikasi plagiarisme (meski saya sudah mencantumkan sumber, cuma karena lebih dari 25% tingkat presentase plagiarisme), maka langsung dihapus oleh admin.
Nah, di sini saya jadi tahu kalau Kompasiana punya standar dalam pengutipan langsung, yakni sebesar 25%. Lebih dari angka ini, ya bakal langsung dihapus oleh admin.
1 artikel saya lagi dianggap menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan konten (kalau yang ini sih saya akui ada kemiripan dari segi judul dan isi dengan artikel yang ditayangkan sebelumnya), karenanya langsung dihapus oleh admin.
Dan, 1 artikel lagi menyangkut masalah sumber ilustrasi gambar. Saat itu, saya mencantumkan sumber gambar dari Google. Menurut aturan Kompasiana, Kompasianer tidak diizinkan mencantumkan sumber gambar dari Google, Yahoo, Mozilla, Bing, dsb. Karena itu, admin memberi saya peringatan.
Menurut aturan main Kompasiana, Kompasianer yang melakukan pelanggaran lebih dari 5 kali, akunnya akan diblokir (dibekukan) tanpa pemberitahuan sebelumnya (mohon dikoreksi ya kalau saya keliru).
Keadaan inilah yang membuat saya selalu merasa deg-degan setiap kali menerbitkan artikel di Kompasiana. Mungkin, perasaan ini juga dialami oleh Kompasianer lain seperti Kompasianer Isti Yogiswandani, ketika menulis artikelnya yang berjudul "Ada Apa di 15 Tahun Kompasiana?" He-he.