Buku yang berjudul Bedtime Stories: Short and Sweet, For a Good Night's Sleep dengan ketebalan 27 halaman ini berhasil dijual di Kindle Amazon - sebuah industri rumahan bagi para novelis yang ingin menerbitkan bukunya secara mandiri.
Ia hanya memasukkan perintah untuk menulis cerita pengantar tidur tentang lumba-lumba merah muda yang mengajari anak-anak tentang kejujuran.
Meskipun cuma terjual sekitar 12 eksemplar, namun banyak pembaca yang menilai kalau buku tersebut layak mendapatkan lima bintang dan memuji karakter pada buku tersebut.
Kalau Schickler dan Banc menulis buku menggunakan AI dalam kurun waktu kurang dari sehari, saya menulis sekitar dua pekan. Mungkin, kalian bertanya, kok lama? Padahal menulis menggunakan AI.
Iya, agak lama karena tidak semua bahan dalam buku itu saya peroleh dengan bantuan AI. AI hanya membantu saya dalam menyusun kerangka awal serta sinopsis buku, selanjutnya saya yang mencari bahan materi dan mengembangkan bab demi bab buku tersebut.
Meskipun buku saya itu masih dalam proses terbit, saya merasakan manfaat yang besar menulis buku menggunakan teknologi AI.
Salah satunya, waktu menulis jadi lebih cepat dari biasanya. Biasanya, saya menulis buku (tanpa ChatGPT) dalam kurun waktu 5 bulan, kadang kebih.
Selain itu, ide dasar yang diberikan oleh AI sangat unik dan kreatif, sehingga membuat saya bersemangat untuk menulis dan menyelesaikannya.
Namun demikian, yang harus senantiasa diingat oleh seorang penulis ketika menggunakan AI adalah etika dan transparansi. Kita harus menjunjung tinggi etika dan transparansi. Ini adalah kunci dalam penggunaan AI dalam dunia tulis-menulis.
Bagaimana, kalian tertarik untuk mencobanya? Semoga berhasil!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H