Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Papeda Jadi Logo Google Doodle Hari Ini, Momen untuk Bernostalgia

20 Oktober 2023   15:56 Diperbarui: 21 Oktober 2023   02:09 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papeda, panganan masyarakat Indonesia Timur (sumber gambar: Google)

Guys, kalian sudah tahu belum, ada yang berbeda dengan tampilan Google Doodle hari ini, loh! Google Doodle hari ini, menampilkan logo mangkuk (kalau bahasa orang Maluku sempe) yang berisi papeda - panganan pokok Indonesia bagian Timur seperti Papua, Maluku, dan beberapa daerah di Sulawesi.

Menurut Google, doodle hari ini, dibuat untuk memperingati deklarasi papeda sebagai warisan budaya tak benda Indonesia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tanggal 20 Oktober tahun 2015.

Saya, sebagai orang Maluku, yang dibesarkan dari panganan sagu tentu ikut bangga. Terima kasih untuk Google yang mengangkat tema panganan Indonesia, khususnya Indonesia bagian Timur.

Melalui logo papeda yang ditampilkan oleh Google hari ini, mengingatkan saya (dan mungkin juga kalian?) pada belasan tahun silam, ketika masih bersekolah di Saparua, Maluku Tengah. Seringkali, ketika harga beras sedang mahal, orang tua kami terpaksa membeli tepung sagu di pasar dan mengolahnya jadi papeda.

Kadang, kami menyantapnya dengan ikan kuah kuning. Tapi, kalau ikan sedang mahal di pasar, terpaksa kami makan papeda dengan kuah air garam - yang penting bisa untuk mengganjal perut yang sedang lapar. He-he-he.

Ternyata, papeda yang terbuat dari tepung sagu menyediakan serangkaian nutrisi yang seimbang, termasuk protein, karbonhidrat, kalsium, dan zat besi. Karena manfaatnya yang besar bagi kesehatan, maka saya merekomendasikan panganan sagu atau papeda ini sebagai pengganti nasi.

Sayangnya, setelah merantau ke Jakarta, saya nyaris makan papeda. Terakhir kali makan pepeda tahun 2019, ketika sedang pulang ke Saparua. Pengen bilang ke mama, "beta rindu masakan papeda mama."

Minta tolong kepada teman-teman Kompasianer yang berasal dari Maluku, kalau pas baronda ka Jakarta titip sagu satu tumang jua. He-he-he.

Semoga tulisan ini menghibur, ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun