Hari ini, sangat spesial untuk anak-anak Papua di Kitong Bisa Learning Center di Pulau Yapen, karena mereka memperoleh “Kepala Sekolah” Baru: impin oleh Rachel Mambrasar, yang akan mengoperasikan pusat belajar ini. Rachel, yang belajar tentang ilmu teknik kimia dan pengolahan lingkunga, membawa mereka keluar untuk belajar tentang alam, sekaligus belajar menjaga lingkungan hidup.
Hal ini karena concern akan tingginya volume plastic yang dibuang ke laut. Tercatat oleh VOA bahwa sejumlah 8.8 Juta sampah di buang ke laut dan hutan di seluruh dunia, dimana Indonesia dan China adalah negara dengan penyumbang plastik terbesar. Apabila dibiarkan, di akhir tahun 2025, aka nada 170 juta ton plastik di laut. Ini sangat berbahaya, karena secara keilmuan, plastik terbuat dari bahan baku minyak bumi, yang tidak dapat tergegradasi dengan cepat di lingkungan. Selain itu, plastik akan menjadi sangat beracun, ketika di makan oleh hewan-hewan di alam, karena tidak dapat diproses oleh pencernaan mereka.
Sampah Plastik di Indonesia
Baik di Papua, maupun di Provinsi lain di Indonesia, ketika saya berjalan-jalan, saya melihat banyak sekali plastik bertebaran di mana-mana, dan sangat di sayangkan betapa tidak pedulinya masyarakat akan hal ini. Ketika menyusuri pinggiran Danau sentani di Jayapura, menyusuri tepian kali remu di sorong, atau ketika jalan-jalan ke pinggiran Pantai di tepian kota Manokwari, sampah plastik menyebar dimana-mana. Concern ini yang menggerakan Rachel Mambrasar memimpin anak-anak didiknya hari ini untuk belajar sekaligus berkampanye untuk stop buang plastik di Laut dan di Hutan.
Selain daripada belajar berbicara, memimpin, dan berinteraksi sosial, juga belajar Bahasa inggris, anak-anak di Kitong Bisa learning center kita ajarkan untuk menghormati dan menjaga alam dan lingkungan tempat mereka tinggal. Oleh sebab itu, menyadari Bahaya sampah plastik di atas, Kitong Bisa merasa perlu untuk mendidik generasi masa depan ini untuk melindungi lautnya dari bahaya plastik yang menyebar secara tidak terkendali.
Bapak Isaskar sedang mengarahkan anak-anak untuk berani mengingatkan orang dewasa agar tidak buang sampah ke laut
Perjalanan dilakukan kurang lebih 30 menit dari pusat belajar mereka, ke Pantai Minggap, yang langsung menghadap ke pesisir daratan besar Papua, di pisahkan oleh Teluk Cenderawasih. Ada lebih dari 209 jenis Ikan tercatat hidup di perairan yang berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik ini, dengan hewan-hewn unik lain seperti Hiu Paus, Penyu Sisik, Penyu Belimbing, dan Paus Biru. Papua sendiri terkenal dengan spesis yang hanya bisa ditemukan disini saja, yaitu Burung Cenderawasih, dan spesis terunik dan terindahnya ada di Pulau Yapen.
Ketika sampai di Pantai, anak-anak mulai kita buka cakrawala berpikirnya dengan pertanyaan-pertanyaan: “Why preserving the environment is a necessity for us?” (Kenapa menjaga lingkungan itu sesuatu yang perlu untu kita?” Jawaban dari mereka sederhana tapi tepat sasaran: “karena kitong tinggal disini to, seperti rumah, kitong harus jaga rumah tu supa selalu bersih”. Logika mereka kemudian kami perkaya dengan menunjukkan fakta-fakta kerusakan lingkungan, dan bagaimana itu berdampak ke perubahan iklim.
Setelah itu, anak-anak kita tunjukkan, bagaimana orang-orang secara tidak bertanggung jawab telah membuang sampah plastik di sekitar pantai yang Indah tersebut. Setelah kami memberitahukan perbedaan sampah organik dan anorganik, Mereka mulai tergerak, dan akhirnya kami mendorong mereka untuk mulai membersihkan pantai tersebut dengan mengangkat, lalu memisahkan sampah antar yang organi dan anorganik.
Proses pembersihan tersebut kemudian diikuti dengan kampanye untuk menjaga lingkungan hidup, yang dilakukan secara langsung maupun pembuatan foto dan video yang akan mereka sampaikan melalui sosial media. Tautan video kampanye mereka akan disampaikan dalam page yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya