Mohon tunggu...
Billy Gracia Mambrasar
Billy Gracia Mambrasar Mohon Tunggu... -

Billy Mambrasar is a Papuan, working as an engineer, graduated from the Faculty of Mining and Petroleum Engineering , ITB, and continued his Masters Degree in Project Management (MBA) from the Australian National University, with Australia Awards Scholarship. He has a deep interest, observing Social and Political condition of Indonesia generally, and Papua specifically. He currently works full time designing, completing, and project managing a Multi Billion USD project, in Indonesia, as a project engineer. However, during his off days, he spent them advising the Ministry of Education and Cultural of Indonesia, in a special unit called: Desk Papua. He also is a CEO of a nonprofit Organization called: Kitong Bisa, which provides education services (consulting) for other education nonprofits. Billy's writing focuses on the area of Political and Social Issues in Indonesia, and also their interface with Business, Industry and Technology, especially education and human development in Papua, Eastern Indonesia, and the whole Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lebih Keren Mana, Kuliah Jurusan Teknik atau Non Teknik?

24 Februari 2017   20:28 Diperbarui: 26 Februari 2017   04:00 12424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerenan Mana: Kuliah Jurusan Teknik atau Non Teknik? - Refleksi Pertemuan saya dengan Saima Mohsin (Anchor CNN global) dan Abhisit Vejjajiva (Perdana Menteri Thailand)

Ketika saya belajar engineering, di salah satu institusi teknik terbaik di negeri ini, begitu kata anak-anak ITB, ada kecenderungan teman-teman saya meremehkan dan memandang kawan-kawan lain yang memilih jurusan non teknikal, seperti politik, sosial, atau komunikasi. Dianggapnya, ah kurang pintar, lemah angka, dan kurang keren aja. 

Saya tercuci otaknya, dan percaya bahwa studi teknik dan bekerja sebagai insinyur itu baru keren. Maklum, waktu itu saya belum travel keliling dunia (tidak bayar sendiri yah travelnya, dibayarin sponsor), dan bertemu dengan berbagai macam orang dengan profesi dan pekerjaan, disitu pikiran saya mulai terbuka. Saya sendiri, saat ini bekerja sebagai seorang insinyur di sebuah perusahaan migas asing.Hal itu dimulai ketika tahun 2008, saya pertama kalinya travel ke luar negeri, mengikuti student exchange di Harvard University, Boston, Amerika Serikat. Disanalah saya untuk pertama kalinya keluar pagar ITB, dan masuk pagar kampus lain, dan berinteraksi dengan jurusan-jurusan lain selain teknik.

Semua mitos bahwa anak-anak non teknik (sosial) itu tidak lebih pintar dari jurusan teknik terbantahkan, bahwa prestasi pada level nasional hingga tingkat dunia itu berbalik kepada kerja keras dan kecerdasan individual dan tidak ada hubungannya dengan jurusan yang dipelajarinya.

Berfoto di depan perpustakaan Harvard University
Berfoto di depan perpustakaan Harvard University
Hal itu saya lakukan ketika membandingkan beberapa teman saya di ITB, yang tiap berpapasan dengan teman-teman dari kampus tetangga, seperti UNPAD, dan lain-lain, dan mengambil jurusan non teknis seperti hukum atau manajemen, akan mencibir: “gampang lah dapat nilainya tuh jurusan, kan ga susah kayak kita jurusan teknik”, tapi teman saya si anak teknik ini tidak ada prestasi apapun. 

Menang lomba di tingkat nasional, tidak pernah, apalagi tingkat internasional, boro-boro menemukan sebuah produk inovasi yang bermanfaat untuk hajat hidup orang banyak.

Saya langsung membandingkan dengan salah satu anak Indonesia, dari jurusan Hubungan Internasional (HI), yang mengikuti acara yang sama yang saya ikuti di universitas Harvard tersebut. Anak itu, amazingly, bersama dengan beberapa temannya membuat sebuah konsep perkampungan hijau, dengan teknologi daur ulang air di salah satu daerah di NTT. 

Well, anak HI, tetapi kepikiran membuat sebuah konsep yang memadukan manajemen dan teknologi, dan lebih dari itu, menciptakan manfaat positif untuk orang banyak. Jadi, silahkan melakukan judgement sendiri, mana yang lebih pintar, teman saya yang kuliah jurusan teknik di salah satu kampus teknik terbaik di Indonesia, atau si anak HI itu, yang belajar jurusan, yang katanya gampang: Hubungan Internasional.

Makan Siang di Cafetaria kampus di Boston
Makan Siang di Cafetaria kampus di Boston
Anyway, beberapa minggu lalu, saya diundang untuk menghadiri acara World Think Tank, yang di host oleh departemen luar negeri Amerika Serikat bekerja sama dengan world learning, sebuah organisasi yang berbasis di Washington, DC. Di dalam forum tersebut, saya berkesempatan untuk berdiskusi dengan sebagian besar orang hebat, pengusaha, penemu, think tankers, dan pembuat kebijakan yang sebagian besar berlatar belakang pendidikan non teknis, jurusan-jurusan yang dianggap remeh oleh teman-teman saya saat berkuliah di ITB dulu, namun mereka membuat banyak sekali hal yang inovatif dan bermanfaat, diantaranya pendiri perusahaan ecotourism, dan Mantan Secretary General ASEAN.

Saya berbicara dengan Perdana Menteri Abhissit Vejajjiva, yang mengambil jurusan non teknis saat kuliah. Beliau melenceng dari turun temurun keluarganya pada bidang science, dan mengambil jurusan filosofi di tingkat sarjana, dan gelar master dalam bidang ekonomi. 

Saya sempat berbincang tentang bagaimana perjalanan karir dan hidupnya dan apa yang menjadi cita-citanya ketika beliau seusia saya saat ini. Beliau mencapai karir tertingginya sebagai PM Thailand, dan saat ini menjabat sebagai pemimpin partai oposisi di parlemen Thailand.

Berfoto bersama ASEAN Previous Secretary General dan Abhisit Vejjajiva (Former Thailand PM)
Berfoto bersama ASEAN Previous Secretary General dan Abhisit Vejjajiva (Former Thailand PM)
Setelahitu, saya berkesempatan untuk berbincang langsung, face to face, dengan anchor(pembaca berita) terkenal CNN, Saima Mohsin, mengambil jurusan ilmu politik dansastra inggris, dan sekarang berkeliling dunia, meliput berita di berbagaibelahan dunia, serta juga menjadi aktifis pembela feminisme.
Bersama Anchor CNN Global: Saima Mohsin
Bersama Anchor CNN Global: Saima Mohsin
Ketika saya mengutarakan hal ini ke teman saya, yang sama-sama lulus dari ITB, dia memberikan argument bahwa tidak semua mereka yang lulusan jurusan non teknik seberhasil itu, kebanyakan dari mereka luntang lantung kerja ga jelas. Lucu karena teman saya ini lupa bahwa banyak juga dari mereka yang lulus dari jurusan teknik juga luntang lantung belum bekerja, atau yang sudah bekerja kena pecat lantaran harga minyak yang terjun bebas kemarin, atau karena gonjang ganjing kontrak kerja perusahaan, seperti kasus Freeport saat ini.

Anchor CNN Global: Saima Mohsin
Anchor CNN Global: Saima Mohsin
Sebenarnyasaya tidak ingin mengambil pihak dari tulisan saya kali ini. Saya ingin mengacukepada diskusi saya dengan dua orang ini, Saima dan Abhisit. Satu hal yang samayang disampaikan oleh mereka adalah bahwa tidak ada jurusan yang lebih inferiordari yang lain, semua jurusan sama saja. Yang terpenting adalah individu itusendiri, pertama, harus mengambil jurusan yang tepat sesuai passion dia danbekerja di bidang yang dia sukai. 

Kata pepatah inggris: work with your passion and money will come. Yang kedua, keinginanuntuk terus belajar, bekerja keras dan selalu berprestasi dalam bidang yangtelah dipilihnya, apapun bidang itu, beit teknik atau non teknik. Bukan berarti klo kamu ambil jurusan teknik,berarti kamu lebih pintar dari yang ambil jurusan non teknik, dan begitu pulasebaliknya. Klo emang kamu pintar, kamu akan pintar dan cepat belajar di bidangapa saja. Kalau kamu memang punya semangat untuk terus berprestasi, maka kamuakan berprestasi dalam bidang apapun yang kamu pilih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun