Jakarta - dengan beragam jenis angkutan kota yang memenuhi jalan-jalannya - sesungguhnya mampu mengajarkan kita beberapa ketrampilan serta kebijaksanaan hidup. Daripada pusing membaca buku emotional intelligent-nya Daniel Goleman yang tak kunjung selesai, atau mendengarkan khotbah pembicara motivasi yang membangun semangat tetapi redup dalam sekejap, mari kita coba melakukan refleksi terhadap nilai-nilai penting yang dapat kita temukan di jalan-jalan di Jakarta. Paling tidak itu yang saya rasakan selama puluhan tahun menggunakan jasa angkutan umum :
Untuk melatih rasa toleransi dan saling berbagi: naiklah angkot atau mikrolet dan dengar nyanyian wajib sopir atau calo penumpangnya, "6-4, 6-4 mas!". Ketika dengkul bertemu dengkul, dan Anda harus beringsut untuk berbagi tempat, disitulah Anda belajar memikirkan kepentingan orang lain.
Untuk meningkatkan ambang batas kesabaran: naiklah bis kota, metro mini, kopaja atau angkot yang lagi ngetem di terminal bayangan pada jam kosong.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri: coba sekali-sekali naik bis kota atau metro mini tanpa membayar. Yang dibutuhkan hanya sikap diam seribu basa atau basa-basi standar. Hindari tatapan mata kondektur jika Anda masih kurang PD.
Untuk meningkatkan kepekaan membaca situasi dan bertindak cepat: sering-seringlah naik metromini atau kopaja, terutama yang jalurnya terkenal banyak copet. Anda akan terlatih membedakan mana yang copet dan mana yang bukan. Jangan ragu bertindak cepat untuk turun dari angkutan tersebut sebelum Anda kehilangan dompet Anda juga.
Untuk melatih ketrampilan negosiasi: Naiklah bajaj dan tawar sampai 50% dari penawaran awal sang supir. Jangan coba-coba bernegosiasi dengan kondektur bis kota, metro mini atau kopaja.
Untuk melatih kemampuan membuka percakapan: Kalau ada cukup uang cobalah naik taksi dan buka percakapan dengan sang pengemudi. Pembukaan yang bisa dipakai adalah "Taksi ini poolnya di mana mas?", atau "Udah berapa lama narik taksi Pak?". Kalau si pengemudi minim respon janganlah merasa bersalah, karena ia mungkin sudah menerima 10 pertanyaan yang sama dari penumpang-penumpang sebelumnya.
Untuk mengasah kepekaan sosial: Cobalah naik becak yang dibawa oleh seorang bapak tua dan pilih jalan menanjak. Dengarkan helaan nafas sang bapak di belakang Anda. Keringatnya yang mengucur deras merupakan harga sepadan untuk sepiring nasi dan lauk hari itu.
Untuk menguatkan kondisi fisik dan kebugaran Anda: Jangan ragu untuk mengayuh becak si Bapak tua sekali-sekali.
Ini yang saya sebut street smart yang benar-benar street.
Â