Toksik, sebuah kata sifat yang dapat berarti mudah meracuni, merusak, dan mengkorosi benda lainnya dengan hanya kontak minim.
Terkadang, hal-hal yang manis dalam dunia ini bersifat toksik. Hal-hal yang indah, menarik, meluluhkan jiwa – banyak hal yang manis pada awalnya akan bermetamorfosis kepada tahap berikutnya, menjadi pahit, pedih, dan hitam. Seakan hal tersebut adalah narkoba, nikmat namun menghancurkan perlahan. Ironis, memang, namun itulah realita.
Percaya kepadaku, cinta itu manis, namun bersifat toksik.
Segalanya bermula dan berakhir pada malam hari itu, dua malam hari yang identik, hampir sama. Bintang gemerlapan berjatuhan mengguyur langit gelap di angkasa, dengan hembusan angin sepoi-sepoi yang selalu mengingatkanku akan kata-katamu. Pada sebuah malam di bulan kelima, tepatnya pada tanggal delapan Mei, aku bertemu denganmu.
Namun, pada hari itu, rasanya kau berbeda, walau diriku sudah melihat wajahmu dari sejak kita kecil dahulu.
Baru saja aku menyelesaikan tugas, hari sudah menjelang malam. Aku berpikir, mungkin ada baiknya aku menuju ke atap sekolah daripada langsung pulang, berhubungan hari ini adalah hari dimana meteor shower terjadi – sebuah peristiwa langka, dimana bintang seakan berjatuhan dari luar angkasa, padahal itu hanyalah fragmentasi dari sesuatu yang mengenai atmosfer bumi, kemudian pecah. Kemudian kau tiba-tiba muncul di sana.
“Kau, kenapa belum pulang?”
“Kan sudah kubilang aku menunggumu.”
“Kan sudah kubilang, lebih baik kau langsung pulang. Aku akan mendengar apa yang kau ingin katakan hari ini nanti ma-“
Ia, gadis yang bernama Rin, teman baikku sejak kecil, mendekat ke arahku dan menarik dasiku dengan dua gerakan yang sangat cepat. Matanya... matanya merah dan berkaca-kaca.
“Ia mengusirku.”