Mohon tunggu...
Billy Antoro
Billy Antoro Mohon Tunggu... -

Senang pada hal-hal baru dan menuliskannya di media.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengubah Negara

19 Maret 2014   23:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membincang Pemilihan Umum, fokus pembicaraan kita akan berada di area mencari pemimpin nasional, calon legislatif yang mewakili aspirasi rakyat, dan topik lain yang menarik minat banyak orang. Bagaimana jika temanya kita geser kepada hal lain yang jarang diulas, diperhatikan, bahkan dilupakan dengan fokus pada perubahan masyarakat secara konkret.

Pertama yang perlu dilakukan adalah keluar dari eforia pemilu, memposisikan diri sebagai pembela masyarakat, dan, mau tidak mau, secara pikiran keluar dari kepentingan partai—ini penting karena selama dalam bingkai partai, membicarakan kepentingan masyarakat sangatlah bias.

Hakikatnya, tujuan pemilu bukanlah mengganti kepemimpinan atau mencari pemimpin baru atau menempatkan orang-orang pilihan di posisi penting. Pemilu bukanlah tujuan. Pemilu merupakan alat untuk melakukan perubahan bangsa dan masyarakat ke arah lebih baik.

Dengan paradigma ini, fokus pikiran kita tetap pada perbaikan taraf hidup rakyat. Pemilu merupakan instrumen kecil dari sekian instrumen yang ada. Jika ada elemen-elemen pemilu yang berpotensi merusak keutuhan bangsa dan merugikan rakyat, hal demikian harus segera disingkirkan. Pemilu, seharusnya, diletakkan dalam ranah fungsional.

Yang harus dipikirkan bersama adalah bagaimana pemilu yang akan digelar dapat mengatasi berbagai persoalan bangsa. Bangsa ini tengah menghadapi banyak persoalan akut, di antaranya korupsi, kebobrokan moral, rendahnya rasa empati dan simpati, seks bebas, peredaran narkoba, pornografi, dan sikap individualisme. Tiap tahun persoalan-persoalan ini terus meningkat dalam tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Instansi atau badan-badan penanggulangan yang dibentuk pemerintah dan masyarakat tak sanggup mengerem kuantitasnya.

Belum lagi persoalan bangsa terkait budaya, ekonomi, sosial, politik, dan hukum. Kita bisa deretkan seperti gaya hidup hedonis dan konsumtif masyarakat, laku kapitalistik yang memprivatisasi berbagai lembaga publik dan aset nasional, impor produk-produk konsumtif yang kian meluas, tawuran warga karena persoalan sepele dan berkepanjangan, sistem politik yang malah menjerumuskan para pelakunya ke perilaku tak terpuji, dan gerakan koruptor yang kian massif. Persoalan yang juga pelik adalah terus menipisnya sumber daya alam negeri ini karena terus disedot oleh perusahaan-perusahaan asing dan memiskinkan masyarakat di sekitarnya.

Saya tidak tahu apakah ada sekelompok orang di negeri ini yang mendirikan organisasi secara independen memikirkan hal-hal di atas dan melakukan upaya-upaya sistematis, terencana, dan berkesinambungan untuk melakukan perubahan konkret untuk negeri ini. Sebab, yang mesti kita sadari, terus terpuruknya negeri ini bukanlah suatu hal yang berjalan sendiri. Ada desain tersembunyi, sistematis, dan terukur yang bertujuan mengeroposkan dan menghancurkan nusantara. Entah mereka di kendalikan dari dalam negeri ataupun luar negeri.

Mestinya ada gerakan-gerakan progresif yang menyasar perubahan struktur dan substansi. Negara harus diarahkan untuk menjamin kesejahteraan rakyat, menjaga nilai-nilai kebenaran fungsional, memberi keadilan dan penegakan hak asasi manusia, serta mengikis dan melenyapkan berbagai potensi yang merusak tujuan pendirian negara.

Dalam perubahan struktur, pejabat yang menempati posisi-posisi strategis haruslah jujur, berdedikasi, menjaga integritas, dan memiliki pengabdian yang tinggi. Pejabat yang korup, tak kompeten, dan cenderung merugikan institusi haruslah disingkirkan dan ditempatkan di posisi minor sembari dibimbing untuk menjadi pribadi yang baik.

Perubahan substansi membidik perubahan mental dan spiritual bangsa ini agar menjunjung harkat dan martabat manusia. Peraturan tak adil diganti, praktik-praktik menindas seperti traficking dan lokalisasi prostitusi ditiadakan, sikap hedonistik, seks bebas, dan pornografi diberantas.

Perilaku hidup baik juga harus menjadi tren yang terus diteladankan. Media massa memiliki peran penting dalam membentuk sikap dan pikiran masyarakat. Jika selama ini media massa cenderung mengangkat sikap manusia yang destruktif dan amoral, maka perlahan pemberitaan lebih mengedepankan sikap-sikap luhur yang patut ditiru orang lain.

Pemimpin harus diarahkan untuk dekat dengan rakyat atau masyarakat yang dipimpinnya. Memberi solusi atas berbagai persoalan yang dialami warga. Memberi ketenteraman batin melalui nasihat dan penghiburan kala warga ditimpa bencana atau musibah.

Dengan perubahan yang terus dilakukan, diharapkan bangsa ini lebih manusiawi. Kesejahteraan dan kemakmuran pun akan mudah diraih. Mari kita jadi bagian dalam gerakan melakukan perubahan ke arah Indonesia yang lebih baik.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun