Mohon tunggu...
Billy Nathan Setiawan
Billy Nathan Setiawan Mohon Tunggu... -

Dosen bahasa Inggris dan instruktur Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Penerima beasiswa Fulbright Foreign Language Teaching Assistant (FLTA) di University of Wisconsin, Madison, 2012 - 2013. Penerima beasiswa LPDP, MA Intercultural Communication di The University of Manchester, UK (2014 - 2015).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menuju Indonesia Emas 2045

26 November 2016   10:44 Diperbarui: 26 November 2016   11:05 1572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*esai ini saya tulis dua tahun lalu (2014) ketika sedang menjalani program kepemimpinan beasiswa LDPD gelombang 11. Beberapa konten (data) mungkin tidak lagi relevan sekarang.

Pagi itu di stasiun kereta api Palmerah. Petugas mengumumkan bahwa kereta tujuan Serpong telah tiba. Setelah pintu otomatis kereta dibuka, saya bergegas memasuki salah satu gerbong KRL, hendak mengunjungi teman di Serpong. Kereta terlihat agak penuh. Berdiri, saya mengamati para penumpang lainnya. Ada beberapa anak berseragam SMA yang hendak menghadiri sebuah kompetisi, seorang ibu paruh baya yang membawa sebuah bakul cukup besar, berisi kue-kue basah yang hendak ia jual, dan seorang ayah dengan beberapa anak-anaknya. Anak-anak tersebut terlihat sangat riang. Dari obrolan mereka bisa saya tangkap bahwa ini kali pertama mereka naik kereta ber-AC. Senyum dan tawa yang terpatri dari tingkah polos mereka. Alasan saya lebih senang naik angkutan umum, karena saya bisa melebur ke gambaran nyata bangsa dan negara Indonesia. Anak-anak tersebut, dan juga siswa-siswi SMA yang saya temui di kereta, bus, atau tempat lainnya adalah aset bangsa ini di masa yang akan datang. Talenta-talenta penuh harap yang tak boleh disia-siakan.

Indonesia adalah sebuah negara yang besar. Terbentang dari ujung barat Sumatera sampai timur Papua. Lebih dari 230 juta jiwa bernaung di nusantara ini. Angka yang tidak kecil. Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, sumber daya alam maupun sumber daya manusia, serta potensi-potensi lainnya. Potensi yang diiringi dengan beragam masalah. Kemerdekaan yang diraih lebih dari 71 tahun silam bukanlah akhir dari perjuangan. Bangsa ini masih bergelut dengan segala tantangan yang menghampiri. Kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, dan berbagai masalah lainnya masih terus kita temui setiap hari. Menyongsong seratus tahun kemerdekaan, sebuah visi besar dicanangkan: “Menuju Indonesia Emas 2045”. Untuk mampu mencapai target itu, tentu dibutuhkan seorang pemimpin emas yang mempunyai komitmen kuat untuk memajukan Indonesia.

Bagi saya, salah satu karakter pemimpin emas adalah kemampuan untuk mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap segala permasalahan negeri ini. Pendiri bangsa kita, Soekarno, pada pidatonya tanggal 29 Juli 1956 di Semarang, mengajak masyarakat untuk membuka mata, otak, dan telinga, serta memperhatikan keadaan dan memetik pelajaran dari situasi yang ada untuk bekerja membangun negeri ini. Pemimpin emas adalah pemimpin yang mampu memahami kebutuhan bangsa ini dan membuat keputusan yang tepat untuk pembangunan seluruh aspek negara ini.

Karakter lain yang harus dimiliki seorang pemimpin emas adalah mampu mempunyai visi yang jelas untuk kemajuan bangsa ini. Masih dari pidato Soekarno tersebut, beliau mengajak orang-orang untuk mempunyai ‘imagination’. Imajinasi yang saya tafsirkan sebagai sebuah visi besar untuk Indonesia di masa yang akan datang. Seorang visioner hebat akan mampu membawa bangsa ini menjadi sebuah bangsa yang besar dan mampu bersaing secara global di berbagai aspek.

Terlebih, seorang pemimpin emas harus mempunyai integritas yang tinggi, bertanggungjawab, bersih, serta mengedepankan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan. Yang mampu membuat keputusan bukan untuk memuaskan keinginan partai politik pengusung atau koalisi, tetapi mampu menjangkau seluruh masyarakat Indonesia.

Kita pun sadar, akan banyak tantangan yang dihadapi demi menyongsong Indonesia Emas 2045. Luasnya daerah Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke dan terbagi dalam ribuan pulau acap kali menyebabkan ketidakmerataan pembangunan. Pembangunan yang tersentralisasi di kota-kota besar, namun daerah pelosok masih kerap tertinggal. Kemiskinan yang masih menghantui, di mana pada September 2013 BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat terdapat 28.65 juta (11,47%) warga miskin di Indonesia. Korupsi yang dilakukan para petinggi juga menyebabkan pembangunan terhambat. Serta sistem hukum yang belum sempurna juga menjadi suatu kendala.

Di luar semua itu, kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan juga mengakibatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia belum mampu dikelola secara maksimal. Masyarakat kurang mampu tidak bisa mengenyam pendidikan yang layak. Padahal dalam revisi undang-undang dasar negara Republik Indonesia pasal 31 jelas-jelas dikatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan bahwa pemerintah wajib membiayainya. Keterbatasan pendidikan juga merupakan salah satu faktor tingginya angka pengangguran di Indonesia (7,39 juta orang, data BPS akhir tahun 2013). Hal-hal seperti ini yang diperkirakan masih akan menjadi tantangan seorang pemimpin Indonesia di masa yang akan datang.

Langkah-langkah strategis tentunya diperlukan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pembaharuan sistem pendidikan sangat diperlukan untuk mencetak generasi emas Indonesia yang kompeten. Anak-anak Indonesia harusnya tidak hanya mampu untuk sekedar menghapal pelajaran di sekolah, tetapi juga harus dididik untuk mampu memahami masalah, menganalisa, serta membuat keputusan yang tepat.

Sistem hukum dan ketatanegaraan yang masih perlu dibenahi, di mana posisi-posisi strategis pembuat kebijakan harus diisi oleh orang-orang yang benar-benar kompeten di bidangnya. Seorang pemimpin emas juga harus mampu memeratakan pembanguan di segala lini dan bagian dari negara Indonesia.

Generasi muda berperan sangat penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Dua puluh tahun mendatang, semangat-semangat jiwa muda inilah yang akan mengisi posisi-posisi strategis tersebut. Generasi muda harus mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipunyai untuk memajukan negara Indonesia. Generasi muda yang mempunyai semangat yang tinggi dan juga berfungsi sebagai agen perubahan, dengan ide-ide brilian yang diharapkan mampu memberikan solusi terhadap segala permasalahan yang ada di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun