Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara kembali mengalami erupsi pada, Sabtu (01/02/2014) sekitar pukul 10.00 WIB. Peristiwa ini mengakitbatkan 15 orang korban tewas dan 2 lainnya mengalami luka bakar dan saat ini masih dirawat secara intensif di Rumah Sakit Efarina Etaham, Berastagi.
Gunung Sinabung Meletus (BBC.CO.UK)
Menanggapi jatuhnya korban jiwa saat terjadinya erupsi Gunung Sinabung tersebut, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menuding korban awan panas banyak karena nekat ingin nonton Sinabung dari dekat.
Dikutip dari Republika Online, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pihaknya sudah memasang spanduk peringatan, sosialisasi dan penjagaan di jalan menuju ke atas. Namun, hal itu belum mampu menahan warga. "Mereka melewati jalur tikus untuk melewati penjagaan. Namun, kami akan memperketat penjagaan, dan warga pun tidak akan nekat lagi pascakejadian kemarin," ujar Sutopo. Berbeda halnya dengan pemberitaan Detikcom dimana salah seorang warga Kuta Gugung bernama T. Sembiring mengatakan bahwa sejak Sinabung meletus, banyak pengunjung yang datang. Siang dan malam mobil maupun motor lewat dengan leluasa tanpa ada larangan, karena tak ada petugas yang berjaga di jalur utama. "Semua bebas saja sampai ke Danau Kawar, termasuk ke Desa Suka Meriah. Ini wisata maut, karena melihat gunung meletus. Wisata berbahaya, tapi dibiarkan," kata T. Sembiring, salah seorang warga Kuta Gugung kepada wartawan di lokasi pengungsian di Kabanjahe, Minggu (2/2/2014) siang. Sembiring menyatakan, jika ada pihak berwenang yang menyatakan jalan utama itu dijaga petugas, adalah tidak benar. Jalur itu dibiarkan saja sehingga orang bebas keluar dan masuk. "Siang, malam, semua bisa masuk. Tidak dilarang," kata Sembiring. Bebasnya orang keluar dan masuk desa, terutama orang dari luar desa, juga diduga memicu maraknya kasus pencurian di rumah-rumah warga yang ditinggal mengungsi sejak empat bulan silam. "Setelah ada korban tewas terkena awan panas letusan Gunung Sinabung, barulah sekarang diketatkan lagi penjagaan. Setelah ada korban, baru dijaga lagi," kata Sembiring. Jelas kedua penyataan diatas berbeda, dimana Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa pihaknya sudah memasang spanduk peringatan, sosialisasi dan penjagaan di jalan menuju ke atas, tapi hal itu belum mampu menahan warga. Disisi lain, T. Sembiring mengatakan bahwa sejak Sinabung meletus, banyak pengunjung yang datang. Siang dan malam mobil maupun motor lewat dengan leluasa tanpa ada larangan, karena tak ada petugas yang berjaga di jalur utama. Atas kedua pernyataan yang berbeda tersebut, siapakah yang paling benar? Apabila pernyataan T. Sembiring memang benar, maka pihak BNPB dalam hal ini telah berbohong dan ingin mencuci tangan atas peristiwa jatuhnya korban erupsi Gunung Sinabung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H