Mohon tunggu...
Bili Tri Laksana
Bili Tri Laksana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Masa digital saat ini media seakan memberikan dampak serius terhadap kelompok tertentu dibantu dengan atensi publik yang masif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Polemik Sampah Plastik vs Katun: Dilema Antara Kenyamanan dan Tanggung Jawab Lingkungan

15 Mei 2024   22:31 Diperbarui: 15 Mei 2024   22:38 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhir tahun 2023, Indonesia menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah dengan penumpukan mencapai 19,5 ribu ton per tahun, menurut data dari Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN). Sisa makanan menempati posisi tertinggi dalam komposisi sampah, disusul oleh plastik yang berada di peringkat kedua. Sumber utama sampah ini adalah rumah tangga, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap masalah lingkungan yang terus berkembang.

Sistem Informasi Manajemen Bank Sampah mencatat bahwa sebanyak 996 ton sampah berhasil dikelola pada tahun 2023. Namun, tantangan masih jauh dari selesai. Memasuki tahun 2024, statistik dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI menunjukkan bahwa distribusi sampah paling banyak adalah sampah plastik, mencapai 494.981 kg, dengan kertas berada di peringkat kedua sebanyak 386.925 kg. Dari jumlah total sampah di tahun 2024, baru 377.636 kg yang berhasil dikelola.

Dalam konteks upaya untuk menerapkan strategi go green dan pengembangan produk ramah lingkungan, muncul berbagai pertanyaan mengenai efektivitas dan dampak dari inovasi yang ditawarkan. Inovasi baru perlu dievaluasi apakah memberikan dampak lebih positif dibandingkan ide sebelumnya. 

Untuk itu, kualitas informasi terkait produk ramah lingkungan harus ditingkatkan agar sumber daya manusia (SDM) Indonesia dapat memahami dan memanfaatkannya secara maksimal.

Minat masyarakat terhadap tote bag, khususnya yang berbahan dasar kanvas atau kain katun, menunjukkan kesadaran akan pengurangan penggunaan plastik. Namun, menurut laporan dari Parenting.orami.co.id, bahan kanvas tidak sepenuhnya ramah lingkungan. 

Tote bag kanvas atau katun sering terbuat dari kapas yang memerlukan banyak energi dan air untuk diproduksi, sehingga memiliki dampak lingkungan yang lebih besar dibandingkan kantong plastik. 

Studi Denmark mengungkapkan bahwa pembuatan satu tas kanvas dari 100% katun membutuhkan sumber daya yang setara dengan produksi 400 kantong plastik. 

Para peneliti menemukan bahwa tas kanvas perlu digunakan kembali sebanyak 7.100 kali agar dampaknya setara dengan kantong plastik. Selain itu, tas belanja dari katun organik harus digunakan kembali setidaknya 20.000 kali untuk menyeimbangkan dampak lingkungannya.

Penelitian pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jejak karbon tas katun mencapai 598,6 pon CO2, dibandingkan dengan 3,48 pon untuk kantong plastik standar yang terbuat dari polietilena densitas tinggi. 

Tas kain menjadi penyumbang terbesar gas CO2 di atmosfer dibandingkan dengan bahan tas lainnya, yaitu plastik dan kertas. Dalam pembahsan "ISU KANTONG BELANJA RAMAH LINGKUNGAN: MAKALAH KONSEPTUAL" Dede Junarko 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun