Mohon tunggu...
Bilik Sukma
Bilik Sukma Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pemuda mencoba menulis karena percaya bahwa menulis adalah pekerjaan menuju keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Novel Atheis: Potret Kegelisahan Sosial dan Intelektual "Pemuda Zaman Old"

9 Desember 2017   14:14 Diperbarui: 9 Desember 2017   14:40 2652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Atheis *Dok. Pribadi

Sebenarnya saya agak risih tiap melihat judul artikel atau postingan seseorang yang menggunakan istilah "kids jaman now" atau sejenisnya. Gelisah juga jika bahasa dicampur-campur itu menjadi trend diantara para penulis berita maupun netizen. Namun seiring berjalannya waktu akhirnya saya ikut-ikutan juga pakai istilah itu didalam tulisan. Termakan propaganda..hehe

Kegelisanan yang sama juga dirasakan juga oleh Hasan, tokoh utama dalam novel Atheis, karya Achdiat K. Miharja. (kalau dilihat dibagian paling belakang novel ini, ternyata beliau adalah kakek dari VJ MTV, Jamie Aditya).

Novel yang merupakan potret kegelisanan sosial dan intelektual "pemuda jaman old" ini berlatar tahun 1930-an sampai masa pendudukan Jepang di Indonesia. Potret dimana pada saat itu pemikiran ideologi dan stelsel itu sangat kental terasa. Mulai dari feodal, borjuis, kapilatis, nasionalis, agamis maupun materialis komunis.

Bercerita tentang Hasan yang berasal dari keluarga feodal dan penganut ajaran tarekat bertemu dengan Rusli teman sebayanya waktu kecil yang mengagumi ajaran Karl Marx dan Friedrich Englels.

Pertemuan terjadi secara sederhana, saat itu Hasan sedang menjaga loket bagian jawatan air dari Kotapraja Bandung, bertemu dengan Rusli dan Kartini.

Kartini diceritakan merupakan "adik" dari Rusli, seorang wanita yang memiliki pengalaman pahit, ketika remaja dipaksa keluar dari sekolah. Ibunya memaksa kawin untuk jadi istri ke empat Arab tua bangka, semata-mata untuk mencari keuntungan semata. Pengalaman pahit itulah yang membuat Kartini menjadi srikandi yang beridelogi tegas dan radikal.

Kehidupan dan pemikiran mereka yang "bebas" membuat Hasan melabeli mereka sebagai kafir modern. Label yang membuat Hasan menggebu-gebu ingin segera kembali "mengislamkan" mereka.

Hasan bertarekat namun tidak memiliki fondasi yang kuat untuk imannya. Amalan yang dia lakukan tidak didasari oleh ilmu dan guru yang bisa menjelaskan dalilnya. Amalan yang pernah Hasan lakukan misalnya puasa7 hari 7 malam, mandi di sungai Cikapundung 40 kali dalam semalam dan mengurung di dalam kamar selama 3 hari 3 malam tanpa makan serta berbicara.

Niat untuk "mengislamkan kafir modern" itupun berkahir sia-sia. Argumen-argumen Rusli meruntuhkan fondasi rapuh Hasan.

Agama dan Tuhan adalah bikinan manusia Akibat dari suatu keadaan masyarakat  dan susunan ekonomi pada suatu zaman yang tidak sempurna.Apabila manusia telah sampai puncak kemajuannya, dimana manusia sudah merasa senang dengan keadaanya yaitu apabila segala kebutuhannya lahir batin sudah bisa terpenuhi semua, maka pada saat itulah manusia tidak akan butuh lagi kepada agama, tidak perlu lagi meminta-minta tolong pada sesuatu Tuhan atau Yahwe atau apa saja. (hal. 79)

Atau ucapan Anwar yang mengutip Karl Marx bahwa "Tuhan adalah madat bagi manusia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun