Mohon tunggu...
muhammad nursalim
muhammad nursalim Mohon Tunggu... -

saya alumni UIN suka Yogyakarta, sekarang bekerja di Kementerian Agama Kab.Sragen.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jadilah Istri Seperti Ummu Sulaim

9 Desember 2014   16:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:42 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Anakku, jadilah istri seperti Ummu Sulaim binti Milhan. Dia wanita sholihah yang bisa memaneg perasaannya, berkorban untuk orang lain, pencinta yang mahir, pemberi nasehat dengan bijak dan pendidik anak yang brillian.

Diriwayatkan oleh Imam al Bukhari dalam kitab aqiqah, Imam Muslim dalam kitab keutamaan sahabat dan Imam Ahmad dalam al Musnad. Suatu hari Abu Umair anak Ummi Sulaim sakit keras. Abu Tolhah, suami Ummu Sulaim sangat prihatin dengan keadaan anaknya, sehingga ketika pulang dari bepergian selalu menanyakan kondisi anak tersebut. Suatu malam demam anak itu semakin tinggi dan akhirnya Allah memanggil ke haribaannya padahal suaminya sedang pergi. Ummu Sulaim sedih ? tentu saja, hati siapa yang tak teriris ketika anak yang dicintai meninggal untuk selamanya. Tetapi wanita itu segera menguasai perasaannya. Dibaringkan anak itu ditempat tidurnya lalu ia segera menyiapkan makan malam untuk sang suami, setelah itu berdandancantik dan memakai wangi-wangian kesukaan suami.

Ketika suami pulang, “Bagaimana perkembangan anak kita” Tanya Abu Tolhah

“Alhamdulillah sudah lebih tenang”

Abu Tolhah mengira anaknya sudah sembuh diapun tidak mendekatinya agar tidak menganggu. Suami itu segeramakan malam, dan ketika melihatistrinya malam itu sangat cantik Abu Tolhah mengajaknya tidur bersama. Ya ya ya …..wanita itu tersenyum, karena merasa taktiknya berhasil. Setelah Ummu Sulaim melihat suaminya malam itu kenyang dan melakukan hubungan intim dengannya ia memuji Allah. Ini semua ia lakukan agar sang suami dapat tidur nyenyak tidak memikirkan anaknya yang sakit.Di ujung malam ketika suaminya bangun Ummu Sulaim merangkai kata untuk menjelaskan kondisi sang anak yang sebenarnya.

“Wahai suamiku, bagaimana pendapatmu bila suatu kaum meminjamisesuatu pada sebuah keluarga, kemudian kaum itu bermaksud mangambil pinjamannyabolehkah keluarga itu menolaknya ?” Tanya Ummu Sulaim

“Tentu saja tidak boleh” jawab Abu Tolhah

“Apa pendapatmu jika keluarga itu sangat keberatan barang yang dipinjam itu diambil yang punya ?”

“Sekali-kali tidak boleh, bahkan menahan separohnyapun tidak boleh”

“Sesungguhnya anakmu itu adalah titipan Allah dan tadi sore Allah telah mengambilnya”

Mendengar perkataan itu Abu Tolhah ingin marah tetapi akhirnya ia dapat menguasai diri dan mengucapkan istirja (innalillahi wa inna ilaihi rojiun).

Dari hubungan suami-istri di malam yang barokah itu akhirnya Ummu Sulaim hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki. Rasulullah memberi nama anak itu Abdullah. Ibnu Saad dalam kitabnya al Tabaqat menceritakan bahwa Abdullah memiliki tujuh anak yang semuanya hafal al Qur’an.

Anakku, kebanyakan wanitaitu berbuat sesuatu mengikuti perasaannya. Ketahuilah perasaanyang tidak dibimbing iman itu sering menyesatkan karena itu hati-hatilah. Perasaan sedih bisa ditekan bila kamu mengelolanya denganbijak. Dalam bahasa Daniel Goleman perasaan adalahkomponen dari emosi. Orang yang berhasildalam hidupnya adalah mereka yang mampu mengelola emosinya. Pakar psikologi ini mengembangkan teori kecerdasan emosi, emotional quotion (EQ) . Menurut hasil penelitiannya, ternyata kecerdasan akal bukan penentu sukses seseorang tetapi cerdas emosilah yang menjadi penentunya. Sabar, ulet, jujur, teposelioro, dermawan, empatiadalah beberapa komponenemosi. Bila kamu dapat mengaturnya sungguh kehidupanmu akan bahagia.

Anakku, ada lagi kisah keluarga Ummu Sulaim yang menjadi sebab turunnya sebuah ayat al Qur’an. Al kisah, seorang sahabat nabi bertamu di rumah rasulullah malam hari. Maksud kedatangan tamu itu agar rasulullah memberi jamuan. Lalu nabi masuk bertanya kepada istrinya, “ kita punya makanan apa malam ini, itu ada tamu” “ tidak punya apa-apa wahai rasulullah,” jawabnya. Lalu rasulullah pergi ke masjid menemui para sahabat, “siapa diantara kalian yang mau menerima tamuku ?” “Saya wahai rasulullah,” jawab Abu Tolhah. Maka tamu itupun menuju ke rumah Tolhah suami Ummu Sulaim. Setelah tamu dipersialahkan duduk di ruang tamu, tuan rumah ke belakang.

“ Istriku malam ini kita kedatangan tamu istimewa, dia adalah tamu rasulullah. Kamu punya makanan apa ?” Tanya abu Tolhah kepada Ummu Sulaim.

“ Maaf, kita tidak punya apa-apa malam ini, hanyaada bubur jatah bayi kita”

“Baiklah, ajaklah anakmu tidur, akan aku hidangkan bubur itu kepada tamu rasulullah”

Sebelum menghidangkan makanan, Abu Tolhah pura-pura memperbaiki lampu ruang tamu kemudian mematikannya. Dalam keadaan gelap itulah bubur disuguhkan dan tamu dipersilahkan makan.Abu Tolhah memegang piring kosong pura-pura sedang makan, sementara sang tamu makan dengan lahapnya. Karena sandiwara inilah kemudian turun ayat. 9 surat al Hasr.

tûïÏ%©!$#urrâä§qt7s?u#¤$!$#z`»yJM}$#ur`ÏBö/ÅÏ=ö7s%tbq7Ïtäô`tBty_$ydöNÍkös9Î)wurtbrßÅgsÎûöNÏdÍrßß¹Zpy_%tn!$£JÏiB(#qè?ré&crãÏO÷sãur#n?tãöNÍkŦàÿRr&öqs9urtb%x.öNÍkÍ5×p|¹$|Áyz4`tBurs-qã£x䩾ÏmÅ¡øÿtRÍ´¯»s9'ré'sùãNèdcqßsÎ=øÿßJø9$#ÇÒÈ

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.

Anakku, rasulullah tersenyum mengetahui sandiwara Ummu Sulaim dan suaminya. Mereka adalah manusia mulia yang mampu ber empati kepada sesama, bahkan walaupun dirinya sendiri sangat membutuhkan. Mereka sangat cerdas emosinya, membunuh egonya demi kebahagiaan orang lain. Itulah tipe keluarga yang dijanjikan surga. Bukan karena ia kaya tetapi rasa sosialnya yang tinggi menjadikannya sangat mulia. Mulia disisi Allah mulia dihadapan manusia. Alangkah bangganya ayah bila engkau dapat menirunya walaupun sehasta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun