Mohon tunggu...
Muhammad Bildan
Muhammad Bildan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi, saya Bildan Muhammad Sya'ban biasa dipanggil Abil, saya seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Hobi saya menulis dan olahraga!! Enjoy Reading!!!

Selanjutnya

Tutup

Games Pilihan

Pertarungan Sengit Game Modern VS Game Tradisional !!

29 Januari 2025   11:17 Diperbarui: 29 Januari 2025   11:17 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : https://www.pexels.com/id-id/pencarian/games%20gadget/

Bermain adalah hak dasar setiap anak. Aktivitas ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga bagian penting dalam tumbuh kembang mereka. Lewat bermain, anak-anak belajar berinteraksi dengan lingkungan, teman sebaya, bahkan benda-benda di sekitar mereka. Jika hak ini tidak terpenuhi, berbagai masalah perilaku bisa muncul akibat kurangnya stimulasi yang diperlukan. Selain bermanfaat bagi kesehatan fisik, bermain juga berdampak positif terhadap perkembangan psikologis anak, termasuk dalam membentuk rasa sosial dan empati terhadap orang lain.

Sebelum teknologi berkembang pesat, permainan tradisional sudah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak di Indonesia. Permainan ini lahir dari kebudayaan masyarakat dan diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Sayangnya, kemajuan teknologi di era 2020-an membawa perubahan besar dalam cara anak-anak bermain. Permainan modern yang lebih praktis dan instan mulai menggantikan permainan tradisional, yang sering kali dianggap kuno dan tidak lagi menarik.

Tidak bisa dipungkiri, dunia terus berkembang, dan globalisasi semakin mempercepat perubahan tersebut. Setiap kemajuan membawa hal baru yang secara perlahan menggantikan apa yang sebelumnya ada, termasuk dalam dunia permainan anak-anak. Permainan tradisional yang dahulu begitu populer kini mulai terlupakan, digeser oleh permainan digital yang dikemas dalam bentuk gadget. Bahkan di pedesaan, yang dulu menjadi tempat berkembangnya berbagai permainan tradisional, kini semakin jarang terlihat anak-anak yang memainkannya. Apalagi di kota-kota besar, di mana teknologi lebih mendominasi kehidupan sehari-hari.

Jika dibandingkan, permainan modern yang berbasis teknologi seperti PlayStation, game mobile seperti Mobile Legends, E-Football, Free Fire, PUBG, dan lain sebagainya memang menawarkan hiburan yang menarik, tetapi cenderung membuat anak-anak lebih pasif. Mereka lebih banyak duduk diam, menatap layar, dan kurang melakukan aktivitas fisik. Berbeda dengan permainan tradisional seperti enggrang, petak umpet, atau gobak sodor, yang justru menuntut anak-anak untuk lebih aktif bergerak. Ini tentu sangat bermanfaat bagi perkembangan motorik mereka.

Anak yang terbiasa bermain permainan tradisional akan lebih sehat karena aktivitas fisik yang tinggi membuat tubuh mereka lebih bugar. Sebaliknya, anak-anak yang terlalu sering bermain gadget lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan akibat kurang bergerak, seperti gangguan tidur, obesitas, dan gangguan mata. Bahkan, terlalu lama menatap layar gadget bisa menyebabkan "text neck" atau nyeri pada leher akibat postur yang buruk.

Menurut psikolog Tika Wibisono, yang juga merupakan dosen di salah satu perguruan tinggi di Jakarta, gadget memang menjadi bagian dari kemajuan zaman yang tidak bisa dihindari. Namun, ada dampak negatif yang perlu diperhatikan. Salah satu masalahnya adalah anak-anak menjadi kurang terkena sinar matahari, kurang menghirup udara segar, dan kurang berkeringat, yang pada akhirnya berpengaruh pada kesehatan mereka.

Selain dampak kesehatan, ada juga dampak sosial yang perlu diperhatikan. Bermain game di gadget sering kali membuat anak-anak lebih individualis, karena mereka hanya fokus pada layar dan tidak berinteraksi langsung dengan orang lain. Berbeda dengan permainan tradisional, yang melibatkan kerja sama dan interaksi sosial. Anak-anak yang terbiasa bermain permainan tradisional cenderung lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan lebih mudah bersosialisasi. Sebaliknya, anak yang lebih sering bermain game di gadget bisa menjadi lebih tertutup dan kurang nyaman saat berinteraksi dengan orang lain.

Sebuah penelitian terbaru pada tahun 2023 menunjukkan bahwa kurangnya interaksi sosial tidak hanya berdampak pada mental seseorang, tetapi juga pada kesehatan fisiknya. Penelitian dari University of Chicago menemukan bahwa orang yang merasa kesepian cenderung memiliki kadar nonepinefrin yang tinggi. Kondisi ini dapat melemahkan sistem imun, membuat mereka lebih rentan terkena infeksi dan penyakit lainnya.

Oleh karena itu, penting bagi keluarga, terutama orang tua, untuk mengambil peran dalam mengenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak. Sebelum anak masuk sekolah, keluarga adalah pihak yang paling berpengaruh dalam membentuk kebiasaan mereka. Orang tua dan anggota keluarga lainnya bisa mengajak anak-anak bermain permainan tradisional secara langsung. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjauhkan anak dari dampak negatif permainan digital, tetapi juga menanamkan kecintaan terhadap warisan budaya bangsa.

Pemerintah juga perlu ikut serta dalam upaya ini. Permainan modern dengan segala kecanggihannya memang tidak bisa dihindari, tetapi bukan berarti kita harus meninggalkan permainan tradisional begitu saja. Meski teknologi terus berkembang, bukan berarti semua yang lama harus ditinggalkan.

Permainan tradisional adalah bagian dari identitas bangsa. Permainan ini mencerminkan kepribadian masyarakat Indonesia yang kaya akan nilai budaya dan kebersamaan. Jika permainan tradisional hilang, maka hilang pula sebagian dari jati diri kita sebagai bangsa. Oleh karena itu, di tengah derasnya arus modernisasi, kita perlu tetap menjaga dan melestarikan permainan tradisional agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun