Mohon tunggu...
Muhammad Bildan
Muhammad Bildan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi, saya Bildan Muhammad Sya'ban biasa dipanggil Abil, saya seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Hobi saya menulis dan olahraga!! Enjoy Reading!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bolehkah Makan Sambil Berbicara? Menelaah dan Kebiasaan Masa Kini

11 Oktober 2024   20:10 Diperbarui: 11 Oktober 2024   23:01 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makan sambil berbicara adalah salah satu topik yang sering memicu perdebatan dalam ranah etika dan kebiasaan sehari-hari. Banyak yang percaya bahwa makan harus dilakukan dengan penuh kesopanan, yang berarti tidak berbicara selama menyantap makanan. Di sisi lain, seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup sosial, pandangan ini mulai bergeser. Dalam beberapa konteks, terutama di acara sosial dan pertemuan santai, berbicara sambil makan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Lalu, apakah berbicara sambil makan masih relevan dipandang sebagai tindakan tidak sopan?

Secara historis, ajaran etiket dari berbagai budaya mengajarkan agar orang tidak berbicara sambil makan. Alasan di balik ini umumnya terkait dengan sopan santun, kesehatan, dan kebersihan. Berbicara saat makan dapat meningkatkan risiko tersedak atau terselak, serta dianggap mengganggu orang lain yang sedang menikmati makanan. Dalam budaya Timur dan Barat, makan dengan tenang dan fokus dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap makanan dan orang di sekitar meja makan.

Namun, dalam lensa Islam makan sambil berbicara itu diperbolehkan. Salah satu hadis yang menjadi rujukan dalam hal ini adalah riwayat dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'anhuma. Diceritakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah meminta istrinya untuk mengambilkan lauk, tetapi mereka mengatakan bahwa yang tersedia hanyalah cuka. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian tetap meminta cuka dan berkata, "Sebaik-baik lauk adalah cuka... sebaik-baik lauk adalah cuka" (HR. Muslim 2052). Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi berbicara ketika makan, bahkan sambil memuji makanan yang ada, meskipun sederhana.

Imam An-Nawawi dalam kitab Syarh Shahih Muslim menjelaskan hadis ini dengan mengatakan bahwa hadis tersebut mengandung anjuran untuk berbicara saat makan guna menciptakan suasana yang akrab dan hangat di antara orang-orang yang ikut makan. Ini menunjukkan bahwa berbicara ketika makan adalah bagian dari etika makan yang dianjurkan dalam Islam.

Lebih lanjut, dalam catatan Ibnul Muflih, terdapat kisah yang diriwayatkan oleh Ishaq bin Ibrahim. Ia menceritakan bahwa suatu ketika ia makan bersama Imam Ahmad bin Hanbal dan seorang kerabat beliau. Selama makan, mereka tidak berbicara, sementara Imam Ahmad terus mengucapkan "alhamdulillah" dan "bismillah." Setelah itu, Imam Ahmad berkata, "Makan sambil memuji Allah itu lebih baik daripada makan sambil diam." Dari sini terlihat bahwa Imam Ahmad menekankan pentingnya mengucapkan pujian kepada Allah ketika makan, yang lebih utama dibandingkan makan dalam diam.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar. Beliau menyebutkan bahwa dianjurkan berbicara ketika makan, terutama dengan membicarakan hal-hal yang baik atau kisah-kisah orang saleh. Pembicaraan semacam ini bukan hanya membuat suasana makan menjadi lebih akrab, tetapi juga menjadi sarana untuk menambah pahala dan berkah dalam kebersamaan.

Imam Abu Hamid Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menambahkan bahwa di antara adab makan yang baik adalah berbicara dengan topik-topik yang bermanfaat selama makan. Hal ini termasuk membicarakan kisah-kisah inspiratif yang dapat menguatkan keimanan dan semangat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, makan bukan hanya sekedar aktivitas fisik, tetapi juga kesempatan untuk mempererat hubungan dan menyebarkan kebaikan melalui percakapan yang penuh manfaat.

Dari penjelasan-penjelasan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa berbicara saat makan, terutama dengan topik yang positif, diperbolehkan dan bahkan dianjurkan dalam Islam. Yang terpenting adalah menjaga adab dan kesopanan, serta memastikan pembicaraan tidak mengganggu orang lain atau menyebabkan kita lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah.

Dalam konteks masa kini, di mana makan bersama sering kali menjadi momen penting untuk berbagi cerita dan pengalaman, anjuran ini semakin relevan. Berbicara sambil makan dapat menjadi sarana untuk memperkuat hubungan sosial, mempererat silaturahmi, serta menghidupkan suasana yang nyaman dan hangat di antara sesama. Selama pembicaraan tetap berada dalam batas-batas yang baik dan tidak mengganggu konsentrasi saat makan, hal ini sejalan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu, berbicara saat makan bukanlah sesuatu yang perlu dihindari, tetapi justru dapat menjadi sarana untuk menambah keberkahan, asalkan dilakukan dengan cara yang benar dan beretika. Islam mengajarkan keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal adab makan, di mana percakapan yang baik dapat menambah kebersamaan dan keakraban di antara mereka yang makan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun