Mohon tunggu...
Nabila Azimah
Nabila Azimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Budi Luhur

Belum menemukan hobi yang menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Sedekah Laut Masyarakat Cilacap dan Akulturasi Budaya Hindu-Islam di Dalamnya

19 Agustus 2024   01:05 Diperbarui: 19 Agustus 2024   02:00 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Budaya bersal dari bahasa Sansekerta yaitu “budi” dan “daya”. “Budi” memiliki arti akal, pikiran, pengertian, pemahaman, ide/gagasan, dan perasaan. Sedangkan, “daya” bermakna kompleks, mencakup makna yang tersurat dalam pemikiran, serta melibatkan kumpulan kemampuan dan seluruh usaha yang dilakukan dengan memanfaatkan hasil pemikiran untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai kesempurnaan. Ini berarti bahwa kebudayaan dianggap sebagai hasil dari pemikiran dan karya seni, serta mencakup tradisi, nilai, dan pola perilaku yang berkembang dalam setiap kelompok (Simon, 2006).

Kebudayaan dipahami sebagai hasil dari kreativitas, ide, dan perasaan yang diwujudkan dalam artefak yang diterima oleh masyarakat. Selain itu, kebudayaan juga tercermin dalam aturan, norma, dan nilai-nilai luhur yang diinternalisasi dalam masyarakat (Nuraini & Asriandhini, 2023). Maka dari itu, bisa dikatakan budaya merupakan suatu ciri khas atau identitas diri dari masyarakat.

Terciptanya budaya tidak luput dari beberapa faktor berikut, antara lain keberagaman ras, sejarah, letak geografis, kondisi alam, dan agama. Seiring berubahnya faktor tersebut, maka budaya juga ikut berubah atau lebih tepatnya berakulturasi demi menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang terjadi saat itu. Semua itu tentunya agar budaya itu sendiri tetap lestari dan tidak akan hilang di kemudian hari.

Tradisi di Pesisir Selatan Pulau Jawa

Setiap daerah memiliki letak geografis yang berbeda. Tentunya hal ini menjadikan setiap daerah memiliki tradisi khasnya sendiri, terutama tradisi dalam hal mengutarakan rasa syukur dan terima kasih kepada Sang Pencipta. Di daerah Kabupaten Cilacap yang memiliki pantai di sepanjang selatan daerahnya, membuat sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai nelayan. Hal ini jelas berpengaruh terhadap budaya yang ada di dalam masyarakat Cilacap.

Setiap satu tahun sekali pada hari Jumat Kliwon di bulan Sura dalam kalender Jawa, biasanya masyarakat Cilacap mengadakan suatu tradisi yang dinamakan sedekah laut. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dulu, yakni sekitar tahun 1875 pada masa pemerintahan Tumenggung Tjakrawedana III dan kini telah melekat erat sebagai sebuah tradisi masyarakat Cilacap yang diwariskan secara turun-temurun hingga saat ini (Janah, et al., 2024).

Tradisi sedekah laut ini dilakukan dengan melarungkan sesajen dari pesisir pantai hingga ke tengah lautan. Pada awanya dalam tradisi ini, pelarungan sesajen dilakukan untuk memberikan persembahan kepada seseorang yang diyakini sebagai penguasa laut selatan yang dikenal dengan nama Nyi Roro Kidul. Pelarungan ini bertujuan untuk menghindari kemalangan yang terjadi selama melaut serta terkandung pula harapan supaya hasil tangkapan ikan akan melimpah.

Akulturasi Budaya Hindu-Islam dalam Sedekah Laut

Nuansa Hindu menjadi nuansa yang sangat melekat pada budaya Indonesia. Mulai dari bangunan atau arsitektur, sastra dan aksara, bahkan ritual tradisi serta adat istiadat menjadi kental dengan nuansa Hindu. Namun, seiring dengan masuknya Islam, budaya Hindu ini mengalami beberapa akulturasi, sehingga menciptakan budaya baru tetapi masih mencerminkan kedua budaya tersebut.

Jika kita amati, dalam tradisi sedekah laut terdapat sebuah unsur Hindu di dalamnya yaitu pelarungan sesajen. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pelarungan sesajen bertujuan sebagai bentuk persembahan masyarakat kepada Nyi Roro Kidul. Hal ini menjadi krontroversial sebab dalam Islam, tidak ada yang namanya sesajen serta berbagai bentuk persekutuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah Swt. adalah hal yang dilarang. Maka, akulturasi budaya menjadi jalan yang ditempuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun