Saya membayangkan bagaimana kegelisahan seorang Ahmad Dahlan dalam kehidupan nyata ketika dia berusaha mencari Tuhan. Dalam film Sang Pencerah yang menceritakan tentang pendiri Muhammadiyah itu, saya merasakan bagaimana rindunya Ahmad Dahlan pada Tuhannya. Tidak banyak kalimat yang terucap dari mulutnya.
Ainallaah…! Ainallaah…!
Dimana (Engkau) Allah…! Dimana (Engkau) Allah…!
Kegelisahan yang mengambarkan rindu yang sudah tidak tertahankan ingin berjumpa dengan wujud yang dicintainya. Seorang Ahmad Dahlan hanya sebuah contoh kecil yang menggambarkan bahwa di dunia ini ada orang-orang yang begitu ingin bertemu dengan Tuhannya.
Nabi Muhammad saw. Bersabda : “ Barangsiapa yang berjalan menuju Tuhan, maka Tuhan akan berlari kearahnya…”
Apabila kita ingin bertemu dengan Tuhan hal pertama adalah kita harus “evaluasi” bagaimana pemahaman kita tentang Tuhan. Mengapa demikian ? ya karena Tuhan sendiri berfirman bahwa “Inni inda zhonni abdii bii” Aku sesuai persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku.
1.Apakah kita yakin bahwa Tuhan itu ADA. ? (jika kita tidak yakin ada Tuhan, hanya karunia khusus dari-Nya yang membuat kita bisa berjumpa dengan-Nya)
2.Apakah kita ingin bertemu dengan Dia atau Tidak ? (jika kita sendiri tidak ingin bertemu, apakah Dia akan memaksa ? )
3.Yakini bahwa Tuhan akan menjawab Doa kita.
4.Berdoalah dengan rendah hati, minta kepada Tuhan bahwa kita ingin berjumpa dengan Dia.
5.Senantiasa tingkatkan kwalitas dan kwantitas ibadah, hindari maksiat.
6.Lakukan perubahan suci dalam diri, jalin hubungan dengan-Nya setiap saat.
7.Jangan berburuk sangka, sabar dan jangan berputus asa.
Kedua, Fahami bagaimana cara Tuhan berhubungan dengan hamba-Nya. Dalam Islam, perjumpaan dengan Tuhan pada tahap tertentu dapat terjadi dalam kehidupan di dunia ini. Al-Quran menjelaskan :
“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang hijab* atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”
- Dengan perantaraan wahyu
Berkenaan dengan hal ini, saat ini banyak dari kita berkeyakinan bahwa Tuhan sudahtidak bercakap-cakap lagi. Padahal sifat Allah tidak pernah berubah, Dia berfirman :
“Walan tajida lisunnatillaahi tabdiilan” kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada sunnah Allah.
Ketika kita meyakini bahwa Tuhan sudah tidak bercakap-cakap lagi, berarti kita sendiri yang sudah menutup “satu pintu” perjumpaan dengan-Nya.
- Dari belakang tabir atau hijab
Maksudnya adalah seorang manusia dapat mendengar kata-kata dalam keadaan tersadar, tetapi dia tidak dapat melihat wujud yang mengucapkannya. Kasyaf dan Ru’ya Sholiha.
- Dengan perantaraan utusan ( Malaikat) yang menyampaikan pesan dari Allah.
Ada hal penting yang terkadang dilupakan oleh kita adalah kalimat “…dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki”. Maksudnya cara apa yang Tuhan akan pilih untuk bercakap-cakap dengan manusia adalah terserah kepada-Nya, melihat kondisi hamba-Nya tersebut. Dan berusahalah untuk selalu menselaraskan setiap amal perbuatan kita dengan izin atau ridho-Nya.
Ketiga, Contoh. Bagaimana para sahabat Allah swt. mendapatkan karunia besar tersebut. Bagaimana mereka menjalani kehidupan. Bagaimana mereka secara khas berjumpa dengan Tuhan. Para nabi Allah, biasanya mereka menyendiri beribadah untuk berjumpa dengan Tuhan. Dan dalam Islam di dalam bulan Ramadhan ini ada satu karunia khusus bagi mereka yang ingin berjumpa dengan Tuhan, yakni Itikaf.
Itikaf sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad saw. yakni selama sepuluh atau dua puluh hari dibulan Ramadhan.
Semoga Allah swt menurunkan karunia-Nya yang khas kepada para pencari-Nya. Amin Allahumma Amin.
Love for all hatred for none
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H