Mohon tunggu...
Bilal Ahmad Bonyan
Bilal Ahmad Bonyan Mohon Tunggu... -

Ahmadiyya Moslem Society\r\n\r\nlove for all hatred for none

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kitab Suci Ahmadiyah ( “pintu” wahyu tetap terbuka )

4 Desember 2010   21:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:01 1529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melalui tulisan kali ini saya ingin meluruskan tuduhan yang telah “dilayangkan” oleh sebagian ulama bahwa Kitab suci Ahmadiyah adalah tadzkirah. Saya tidak tahu, dari mana referensi para ulama tersebut mengatakan bahwa kitab suci Jamaah Islam Ahmadiyah adalah Tadzkirah.

Salah satu alasan yang mendasari para ulama mengatakan bahwa Tadzkirah merupakan kitab suci adalah karena Tadzkirah berisi Wahyu berupa Kasyaf, Ilham danmimpi yang benar yang telah diterima oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad.

Wahyu…! Emang masih ada…?

Ketika seorang muslim ditanya berkenaan dengan wahyu, PASTI ia akan menjawab…”kan Alquran sudah sempurna, ga perlu lagi ada wahyu…!

Sebelum saya bai’at masuk ke dalam Jamaah Islam Ahmadiyah, saya merupakan seorang yang menda’wakan diri sebagai “ahlussunnah…”. Guru ngaji saya selalu mengajarkan tentang sifat wajib bagi Allah. Dan beliau mengajarkan bahwa sifat Allah swt. tidak pernah berubah sampai kapanpun.

Saya ingat salah satu firman Allah swt bahwa “walantajida lisunnatillaahi tabdiila”…dan kamu tidak akan mendapati perubahan pada sunnah (sifat) Allah…

Dan salah satu sifat wajib bagi Allah adalah KALAM artinya berbicara. Selama ini kita selalu beranggapan bahwa yang disebut “perkataan” Allah swt adalah syariat. Seperti Taurat dan Alquran.

Wahyu berupa ilham, kasyaf ataupun mimpi yang benar merupakan bukti hubungan Tuhan dengan hamba-Nya. Dan memang dengan cara inilah Allah swt berhubungan secara “pribadi” dengan hamba-Nya.

Selain para nabi, banyak pribadi-pribadi yang pernah dan biasa “berhubungan” dengan Allah swt., para Khalifah Rasyidah, para waliullah seperti Umar bin Abdul Aziz, Imam syafi’i, Imam Ghazali, Syeikh Abdul Qadir Jaelani, Ibnu Arabi dan masih banyak orang-orang yang biasa berhubungan dengan Allah swt. melalui ilham, Kasyaf dan juga mimpi-mimpi yang benar dari Allah swt.

Dari sejak dahulu hingga sekarang demikianlah cara Allah swt. dan tidak akan pernah berubah, banyak ayat Alquran yang menjelaskan tentang hal ini. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan mengapa sekarang “kita” tidak pernah “merasakan” hubungan yang demikian dengan Allah swt….?

Dan untuk menjawab pertanyaan ini, maka saya akan kembali kepada pemahaman kita sebelumnya, yaitu……”kan Alquran sudah sempurna, ga perlu lagi ada wahyu…! Dengan pemahaman seperti ini, kita akhirnya men-generalisir semua “wahyu” yang datang dari Allah adalah berupa syariat. Sehingga, karena Alquran sudah sempurna maka “wahyu” tidak akan “datang” lagi.

Rasulullah saw., di dalam sejarah perjalanan hidup beliau, beliau saw. menerima “wahyu” dari Allah swt. berupa syariat yang kemudian menjadi Alquran. Dan beliau juga menerima wahyu dari Allah swt. yang bukan termasuk kedalam Alquran, yangkemudian “dikumpulkan” dan kita kenal dengan istilah hadits Qudsi.

Wahyu-wahyu jenis kedua inilah, yang sampai hari kiamat pun akan tetap “turun” kepada hamba-hamba Allah yang berusaha sungguh-sungguh untuk “berhubungan” dengan-Nya. Dan wahyu “jenis” inilah yang dalam sejarah “orang-orang suci” yang membuat Islam ini menjadi “satu-satunya” agama yang hidup hingga saat ini.

Saya memiliki sebuah buku, yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Maut dan Dialog Suci”. Buku yang disusun oleh murid beliau ini berisi tentang “percakapan” Syeikh Abdul Qodir Jaelani dengan Allah swt.

Dan berkenaan dengan Tadzkirah pun demikian, Tadzkirah bukanlah “Kitab Suci” seperti yang selama ini di “suarakan” oleh para ulama, bahwa kitab suci Jamaah Islam Ahmadiyah adalah Tadzkirah. Ini tidak benar, KITAB SUCI JAMAAH ISLAM AHMADIYAH ADALAH ALQURAN. Sama seperti umat Islam pada umumnya.

Tadzkirah hanya buku yang berisi “kumpulan” wahyu berupa ilham, Kasyaf danru’ya sholihat yang pernah diterima oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Sama seperti buku yang berjudul Maut dan Dialog Suci yang berisi ilham kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani.

Tadzkirah pun disusun bukan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, melainkan oleh murid-murid beliau sekitar tahun 1935.

Semoga “penjelasan” ini dapat merubah anggapan masyarakat selama ini. sekali saya menegaskan bahwaKITAB SUCI JAMAAH ISLAM AHMADIYAH ADALAH ALQURAN.

Love for all hatred for none

Muslim Ahmadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun