Mohon tunggu...
Biladi Muhammad
Biladi Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - Opini Mahasiswa

Berisi karya dan tulisan berita berdasarkan kacamata mahasiswa. Tulisan dari Biladi Muhammad Wiragana

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Profesi Wartawan Berbicara tentang Hati dan Profesionalitas

27 Januari 2021   13:22 Diperbarui: 27 Januari 2021   13:27 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wartawan merupakan salah satu profesi yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat di media massa. Di masa penjajahan, wartawan digunakan menjadi salah satu alat propaganda masyarakat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Awal mula media di Indonesia dimulai awal 1900-an di Bandung dengn nama Koran Medan Prijaji dalam melawan kesewenang-wenangan penjajah dan menyerukan agar bangsa pribumi mengorganisasi diri untuk menghadapi pihak-pihak asing. Setelah itu, sekitar tahun 1920-an mulailah berkembang pesat media milik pribumi untuk melawan kesewenangan para penjajah.

Di era media cetak, media sempat mengalami kejayaan karena banyaknya peminat untuk membaca koran, majalah, dan sejenisnya sehingga banyak juga perusahaan yang tertarik untuk promosi di media cetak. Namun sering berkembangnya teknologi dan internet, minat masyarakat untuk membaca media cetak pun berkurang dan berpindah melalui daring. Banyak perusahaan media yang tutup akibat perkembangan teknologi ini, istilah "Senja Kala Media Cetak" pun menjadi fenomena di era transisi media konvensional ke media daring.

Sistem media daring pun memaksa media untuk menulis judul berita sensasional mungkin agar menarik minat masyarakat, namun fenomena "clickbyte" tersebut kurang disenangi masyarakat. Beberapa dari mereka membandingkan berita media cetak lebih berkualitas daripada media daring. Hal tersebut diperparah dengan banyaknya media "abal-abal" yang hanya mencari sensasional di tengah masyarakat agar mendapat keuntungan dengan mudah. 

Di tengah pandemi ini, beberapa masyarakat kecewa dengan pemberitaan media daring yang membuat kepanikan di tengah masyarakat. Gencarnya media daring memberitakan tentang virus Covid-19 berdampak pada stigma negatif oleh masyarakat. Dari salah satu bulu yang saya baca, media mengikuti keinginan masyarakat dan masyarakat menyukai berita yang sensasional sehingga terjadilah fenomena "clickbyte".

Di suatu webinar yang saya ikuti, menceritakan bahwa di umur 20-35 tahun merupakan usia di mana seseorang harus membangun profesi agar di usia 40-an dikenal masyarakat profesi yang telah ditekuni.

Wartawan merupakan sebuah profesi bukan pekerjaan. Profesi yang dimaksud ialah bahwa setiap wartawan harus memiliki passion untuk menjadi seorang jurnalis. Setiap wartawan pasti rela melakukan apa saja demi mendapatkan sebuah berita.

Jika saya jadi wartawan, saya ingin berita yang saya tulis memiliki nilai untuk dibaca, memiliki diksi yang enak untuk dibaca, dan memiliki kualitas yang pantas untuk dijadikan berita. Saya memiliki keinginan untuk menjadikan media sebagai tempat validasi suatu opini, kejadian, maupun hal lainnya.

Saya juga berkeinginan untuk bekerja di media Jakarta Post, hal itu karena Jakarta Post memiliki citra yang baik di masyarakat dan jauh dari sensasional. Mungkin karena bahasa yang digunakan menggunakan bahasa Inggris sehingga target pembaca yaitu masyarakat luar negri.

Saya juga tertarik untuk lebih mendalami seni fotografi maupun videografi, keahlian tersebut seperti sudah sepaket dengan bidang ilmu jurnalistik. Tetapi saya ingin mendalami bagaimana sebuah foto atau gambar dapat bercerita, saya sering melihat hasil-hasil fotografi di media sosial terutama mengenai "human interest" yang membawa para audience untuk masuk ke dalam cerita yang ada di foto tersebut.

Beberapa hal tersebut lah yang akan saya perjuangkan saat ini hingga lulus dan menjadi seorang wartawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun