Hampir setiap 28 Oktober diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Karena pada tanggal tersebut lahir sebuah pesan kuat untuk bangsa Indonesia, beberapa pemuda berkumpul dalam sebuah kongres dan melahirkan sebuah ikrar hati yang sering dikenal dengan Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda menjadi salah satu kunci cikal bakal dari upaya merebut kemerdekaan Indonesia. Tentu apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu seyogyanya menginspirasi setiap insan generasi muda di negeri ini. Karena pada akhirnya nanti, anak mudalah yang akan mengambil peran startegis bagi kemajuan bangsa.
Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober merupakan momen bersejarah yang tak boleh dilupakan, ini menjadi tittik balik bagi pemuda Indonesia atas apa yang telah dilakukan untuk bangsa dan negaranya. Karena seperti kata – kata Bung Karno pemudalah yang bisa menggunjang dunia, meskipun ada 1000 orang tua. Kalimat ini tentu  bukanlah isapan jempol belaka, Bung Karno telah meyakini bahwa optimisme yang besar lahir dari pemuda – pemuda yang hebat.
Dimasa sekarang tentu telah berbeda dengan masa penjajahan dulu, ditengah arus globalisasi yang berkembang pemuda dihadapkan pada banyak pilihan untuk menentukan masa depannya juga masa depan bangsa ini. Meresapi apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu dan meneruskannya tentu bukanlah perkara mudah. Tapi ini bukan tidak mungkin pemuda Indonesia memiliki semangat perubahan dan berkontribusi untuk negaranya. Ditengah roda pemerintahan yang baru beranjak satu tahun pada 20 Oktober lalu, pelbagai persoalan terus menimpa bangsa ini, bisa dikatakan tahun 2015 menjadi tahun yang sangat berat bagi pemerintahan Jokowi terutama dalam pemberantasan korupsi.
Jika dibandingkan sebelum Presiden Jokowi memimpin dan saat sekarang telah memimpin, ada warna yang cukup kontras dalam hal partisipasi anak muda. Ketika kampanye pemilihan umum (pemilu) presiden tahun lalu, tentu masih teringat dalam benak kita ada persaingan ketat antar dua pasang calon presiden yakni Prabowo – Hatta dan Jokowi – JK untuk memenangkan pemilu 2014. Namun ada yang berbeda, fenomena yang tak biasa terjadi pada pemilu kali ini yakni munculnya gerakan – gerakan pemuda yang ikut mendukung Jokowi – JK. Hal ini tidak terduga sebelumnya, mereka yang berkumpul untuk berpartisipasi mendukung bukanlah berasal dari partai – partai pendukung Jokowi – JK melainkan masyarkat biasa dari berbagai latar belakang dan rata – rata digawangi oleh kaum muda - mudi yang progresif.
Fenomena gerakan pemuda ini dikenal dengan gerakan relawan, munculnya gerakan ini tentu jarang terjadi bahkan bisa dikatakan pertama kali dalam catatan pemilu pasca reformasi. Kekuatan para relawan yang terhimpun menjadi semakin besar bagaikan fenomena bola salju. Hal ini dikarenakan masyarakat sendirilah yang menghidupkan gerakan ini dan terus menggalang dukungan kepada publik yang lebih luas. Para pemuda yang tegabung dalam gerakan relawan menjadi semakin masif berkembang, hingga pada akhirnya pasangan Jokowi – Jk memenangkan pemilihan umum 2014.
Kondisi sekarang
Fenomena gerakan muda saat pemilu lalu tak serta merta terus berlanjut pasca pemilu 2014. Bahkan warna yang kontras jelas terlihat perbedaannya, gerakan pemuda sebelum dan sesudah pemilu terlihat berbeda ketika 2015 pemberantasan korupsi kembali diuji lewat upaya – upaya pelemahan terhadap lembaga antirasuah Indonesia yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Gerakan pemuda atau relawan yang dulu mendukung presiden Jokowi nampak sepi batang hidungnya. Hal ini bisa dilihat ketika KPK dan pemberantasan korupsi diganggu oleh oknum-oknum yang tidak ingin pemberantasan korupsi di negeri ini terus tegak. Mereka yang lantang berteriak dan hadir digedung KPK tentu jauh lebih sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan mereka yang hadir di Gelora Bung Karno (GBK) pada saat kampanye pemilu lalu.
Itu artinya ada perbedaan yang cukup signifikan dan inkonsistensi gerakan anak pemuda terhadap pemerintahan Jokowi – Jk yang berdiri tegap saat mendukung, namun goyah saat mengawal. Peran para pemuda tidak sampai hingga Presiden Jokowi memimpin negeri ini. Kebanyakan dari mereka terhenti sampai pemilihan umum presiden (Pilpres) 2014 usai. Walaupun pasca pemilu para relawan sempat kembali terkonsolidasi tapi jauh jumlahnya dengan sebelum Pilpres, dan juga tidak sekompak sebelumnya untuk mendukung pemerintah Jokowi yang tegas dan menolak atas segala upaya pelemahan pemberantasan korupsi.
Padahal peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam pemberantasan korupsi, karena upaya tersebut akan sia – sia ketika masyarakat tidak mendukung sebagai salah satu cara berkontribusi bagi bangsa ini. Terutama para pemuda – pemuda yang sangat dibutuhkan perannya bukan hanya saat kampanye pilpres tetapi detik ini juga yakni mengawal jalannya pemerintahan Jokowi – JK. Apa yang terjadi beberapa bulan lalu tentu menjadi evaluasi serta refleksi bersama atas peran pemuda dalam pemberantasan korupsi. Sekarang saatnya kembail merapatkan barisan mengawal pemerintahan, tak peduli melihat siapa atau dari pendukung capres mana sebelumnya atau melihat apa latar belakangnya, selama kita masih berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu yakni bahasa indonesia kita memiliki kewajiban untuk ikut serta membangun bangsa.
Langkah kedepan
Oleh karenanya, momentum sumpah pemuda menjadi refleksi atas peran pemuda dalam pemberantasan korupsi di pemerintahan Jokowi. Paling tidak ada dua point utama yang perlu menjadi catatan penting, yang pertama pemuda Indonesia perlu mengambil peran strategis dalam upaya mengawal atau pun mengawasi jalannya pemerintahan Jokowi kedepannya. Hal ini bisa diwujudkan dengan turut serta mengawasi program – program pemerintah dan kebijakan yang diambil pemerintah apakah sudah sesuai dengan kepentingan rakyat atau jangan – jangan hanya mewakili kepentingan kelompok tertentu.