Lima tahun berlalu sudah
kan kembali hadir
Mengusung riuh ditengah kota
Berteriak engkau, dengan lantang
Bermanis lidah dengan janji
Sedang kami…..
Bagai umpan berserak,
Menunduk dan meratap
Apakah ini yang kau sebut prestasi…???
Apakah ini yang kau sebut kompetisi….???
Melaju diatas punggung dan kepala kami…
Bergelimang harap dari kami yang fakir
Kami memujamu dengan sadis
Sebagaimana lima tahun lalu, kau kami puja
Sejenak hati ini menciut dengan kata yang tertiup
Yang berhembus ditiap sela labirin jiwa kami
Kau hanya pembual…..!!!
Yang meracuni kami dengan susu caramel.
Sadarkah kau pada kami yang kau sekap
Kau penjarakan tiap kali kau butuhkan
Yang kau sandera tiap kali kau perlukan
Lima tahun lalu kau berjanji…
Mengumbar sumpah pada kami
Menebar kata akan kebahagiaan
Ingatkah kau pada kami…???
Kami yang berdiri dipinggir jalan
Kami yang mengais hartamu dari tong sampah
Kami yang melahap butir disisa piringmu
Lihatlah hidup anak-anak kami…
Menadahkan tangan dibalik jendela kencanamu
Mengerang dan menjeritkan lapar yang tiada pernah punah
Wahai para pemimpin ….!!!
Bilakah kau kan melihat kami dari depan matamu
Menatap kepedihan kami yang kau laku
Kami memujamu,
Dan kami pun mengutukmu.
Kami terlalu bodoh…
Terlalu payah…
Untuk mendorongmu yang perkasa
Tapi tidak kali ini…!!!
Biarkan kami berpaling dari darimu
Berpaling dari siapapun yang hendak dipuja
Sebab kami tak lagi berharap pada raja
Kini kami hanya mampu berharap kemurahan-Nya
Karena kau tak lagi melihat kami
Karena kau tak lagi perhatikan kami
kali ini……..
Kami kan bersembunyi…..
dibalik bilik usang nan rapuh
Dengarlah hai pemimpin …!!!
Meski kau terpilih makmur takkan menghampiri
Mendatangi atap roboh kami
Sebab kami telah kau sulap dengan derita
Yang kan terus berteduh dibawah penindasan
Kamilah.....
Rakyatmu yang menekuri hidup dinegeri tercinta
Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H