Mencermati komentar Paslon Anies - Uno akhir-akhir ini sering menggunakan kosakata lucu dalam menanggapi kejadian yang berhubungan sekitar Pilkada DKI Jakarta. Belum lama berselang menanggapi laporan ke Penegak Hukum perihal penyelenggaraan pameran buku di Jerman yang menghabiskan biaya Rp 145 milyar maka komentar Anies adalah bahwa laporan itu adalah lucu - lucuan. Apanya yang lucu mungkin hanya Anies yang tahu soalnya katanya perencanaan pameran itu bukan di jaman Anies sebagai Menteri Pendidikan.
Menteri Anies hanya melaksanakan saja. Tapi Anies lupa justru di pelaksanaannya itulah peluang besar terjadinya KKN. Coba kalau tidak dilaksanakan maka Rencana Pameran itu tinggal rencana. Pantesan Anies dalam debat Paslon tempo hari berujar kalau Kementriannya menduduki ranking ke 9 dalam menghabiskan anggaran meninggalkan DKI Jakarta. Justru yang lucu dalam kasus ini adalah Gunawan Muhammad yang pasang badan kalau ia yang bertanggung jawab dan karena itu yang tepat untuk dilaporkan.
Hari ini ada lagi komentar Anies yang menanggapi hasil Pilkada DKI Jakarta putaran pertama yaitu Anies mengatakan bahwa Paslon Nomor 2 Menang 90 Prosen di 480 TPS. ini lucu.....Justru dalam hal ini adalah Anies itu yang lucu. Mengapa ? Alangkah eloknya karena latar belakang Anies itu adalah akademisi untuk melakukan kajian mendalam atas hasil pilkada ini. Kalau perlu Anies melakukan kajian statistik dengan menetapkan Hipotesa dulu.Â
Katakanlah hipotesa adalah tidak mungkin ada pemenang pilkada di TPS minimal 90 persen. Lalu ambilah sampling TPS dari pilkada serentak ini yang mewakili 5 persen atau 10 persen dari jumlah TPS di seluruh Indonesia yang diambil secara acak. Kemudian dilakukan survey dan ditetapkan modelnya untuk perhitungan data samplingnya.. Lalu hasilnya apakah hipotesa itu terkonfirmasi apa tidak...Â
Jadi dengan begitu ada dukungan kajian ilmiahnya dan bukan sekedar njeplak saja dalam menanggapi sesuatu kejadian atau mengusulkan suatu program kerja. Atau hal ini disengaja karena anggaran kampanyenya sudah cekak sehingga tidak bisa mengadakan pengerahan massa atau beriklan secara masif di layar kaca ?
Salam perubahan untuk kehidupan yang lebih baik.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H