Mohon tunggu...
Big Forever
Big Forever Mohon Tunggu... -

Bekerja di industri jasa keuangan, hobi membaca buku otobiografi orang sukses dan terkenal serta mengamati perkembangan ilmu manajemen. Hidup mengalir seperti air.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mr. Anies Jangan Kelucuan

19 Maret 2017   13:37 Diperbarui: 19 Maret 2017   13:42 2560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mencermati komentar Paslon Anies - Uno akhir-akhir ini sering menggunakan kosakata lucu dalam menanggapi kejadian yang berhubungan sekitar Pilkada DKI Jakarta. Belum lama berselang menanggapi laporan ke Penegak Hukum perihal penyelenggaraan pameran buku di Jerman yang menghabiskan biaya Rp 145 milyar maka komentar Anies adalah bahwa laporan itu adalah lucu - lucuan. Apanya yang lucu mungkin hanya Anies yang tahu soalnya katanya perencanaan pameran itu bukan di jaman Anies sebagai Menteri Pendidikan.

Menteri Anies hanya melaksanakan saja. Tapi Anies lupa justru di pelaksanaannya itulah peluang besar terjadinya KKN. Coba kalau tidak dilaksanakan maka Rencana Pameran itu tinggal rencana. Pantesan Anies dalam debat Paslon tempo hari berujar kalau Kementriannya menduduki ranking ke 9 dalam menghabiskan anggaran meninggalkan DKI Jakarta. Justru yang lucu dalam kasus ini adalah Gunawan Muhammad yang pasang badan kalau ia yang bertanggung jawab dan karena itu yang tepat untuk dilaporkan.

Hari ini ada lagi komentar Anies yang menanggapi hasil Pilkada DKI Jakarta putaran pertama yaitu Anies mengatakan bahwa Paslon Nomor 2 Menang 90 Prosen di 480 TPS. ini lucu.....Justru dalam hal ini adalah Anies itu yang lucu. Mengapa ? Alangkah eloknya karena latar belakang Anies itu adalah akademisi untuk melakukan kajian mendalam atas hasil pilkada ini. Kalau perlu Anies melakukan kajian statistik dengan menetapkan Hipotesa dulu. 

Katakanlah hipotesa adalah tidak mungkin ada pemenang pilkada di TPS minimal 90 persen. Lalu ambilah sampling TPS dari pilkada serentak ini yang mewakili 5 persen atau 10 persen dari jumlah TPS di seluruh Indonesia yang diambil secara acak. Kemudian dilakukan survey dan ditetapkan modelnya untuk perhitungan data samplingnya.. Lalu hasilnya apakah hipotesa itu terkonfirmasi apa tidak... 

Jadi dengan begitu ada dukungan kajian ilmiahnya dan bukan sekedar njeplak saja dalam menanggapi sesuatu kejadian atau mengusulkan suatu program kerja. Atau hal ini disengaja karena anggaran kampanyenya sudah cekak sehingga tidak bisa mengadakan pengerahan massa atau beriklan secara masif di layar kaca ?

Salam perubahan untuk kehidupan yang lebih baik.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun