Pilkada DKI Jakarta telah usai. Warga Jakarta telah menentukan pelayannya yang baru. Para Paslon telah menerima hasil Quick Count sebagai parameter untuk bersikap walaupun hasil resmi dari KPU Jakarta belum ada. Pilkada DKI Jakarta bisa dijadikan contoh para elit politik bagaimana harus bersikap dalam menghadapi hasil keputusan rakyat sehingga bisa membuat ketenangan di masyarakat.Â
Para elit partai dan masing-masing Timses sudah saatnya untuk mengadakan evaluasi dan kontemplasi diri atas apa yang terjadi dalam pilkada DKI Jakarta ini khususnya peranan parpol sebagai salah satu pilar demokrasi karena Calon Gubernur yang diusung itu bukan merupakan kader partai. Disamping itu peranan ormas dalam pilkada DKI Jakarta ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena Jakarta merupakan miniatur Indonesia maka analisa atas karakteristik warga pemilih Jakarta merupakan suatu kajian yang sangat berharga khususnya dalam perumusan strategi untuk Pemilu mendatang.
Keputusan warga Jakarta telah diambil terlepas dari proses pengambilan keputusan itu sendiri khususnya kinerja KPU DKI Jakarta. Contoh kongkritnya adalah penulis alami sendiri. Dalam keluarga yang sudah berhak memilih ada 4 orang dan pada putaran pertama ada 4 orang yang mendapat undangan formulir C6 untuk memilh. Namun dalam putaran kedua hanya ada 3 undangan formulir C6 dan yang tidak dapat undangan itu adalah anak yang tentunya masih dalam tahapan belajar bagaimana demokrasi itu dilaksanakan. Setelah di cek ke KPPS jawabannya adalah bahwa KPPS itu hanya merupakan pelaksana saja.
Keputusan warga Jakarta telah diambil. Tema besar Paslon Pemenang dalam kontestasi pilkada Jakarta adalah keadilan dan kepemimpinan yang merangkul disamping akan mengajak partisipasi warga dalam setiap pengambilan keputusan dalam perumusan kebijakan. Apabila melihat komposisi dari warga Jakarta yang heterogen dan termajinalkannya warga asli Jakarta dalam pengelolaan kotanya maka untuk mewujudkan tema besar tersebut perlu seni tersendiri dalam pelaksanaannya.
Keputusan warga Jakarta telah diambil. Paslon Pemenang telah ditentukan. Warga Jakarta tentunya menunggu kepemimpinan Jakarta yang baru. Program kerja jelas akan berubah. Dalam hal ini perlunya ditentukan penetapan Key Performance Indicators (KPI) dari setiap program kerja yang dulu ditawarkan pada saat kampanye khususnya parameter untuk keadilan dan kepemimpinan disamping parameter untuk partisipasi warga dalam pengambilan kebijakan. Sebagaimana diketahui bahwa sangat jarang suatu keputusan yang diambil itu dapat memuaskan semua pemangku kepentingan (stakeholder).
Oleh karena itu Jakarta at risk. Warga Jakarta menghadapi potensi risiko akan kegagalan Kepemimpinan yang baru ini dalam pelaksanaan janji - janji yang diucapkan dalam kampanye tempo hari dan bisa berdampak kepada penurunan kesejahteraan warga Jakarta. Yang sudah terlihat adalah nanti mungkin frekwensi demontrasi akan berkurang sehingga biaya yang dialokasikan untuk pengamanan pada saat adanya demonstrasi itu akan dapat dialokasikan untuk program peningkatan kesejahteraan warga Jakarta. Selain itu juga Paslon Pemenang masih ada kasus hukum yang dilaporkan ke KPK dan Polda Metro Jaya. Yang sudah jelas adalah nanti ormas akan mendapat bantuan dari Pemda dan tentunya hal ini akan meningkatkan peran ormas dalam memberi warna kehidupan di Ibukota Jakarta ini. Disamping itu Alexis mungkin akan segera ditutup dan mungkin juga tempat-tempat lainnya sejenis Alexis yang tumbuh subur menyebar di Jakarta bagaikan  jamur dimusim hujan.Â
Keputusan warga Jakarta telah diambil. Paslon Pemenang telah ditentukan. Sujud syukur atas kemenangannya telah dilaksanakan. Sudah saatnya Paslon Pemenang bersiap untuk bekerja keras karena Jakarta merupakan etalase Indonesia. Selamat kepada Paslon Pemenang Anies - Uno dan terima kasih kepada Gubernur Ahok dan Wakil Gubernur Djarot.
Salam perubahan untuk kehidupan yang lebih baik.....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H