Mohon tunggu...
Big Forever
Big Forever Mohon Tunggu... -

Bekerja di industri jasa keuangan, hobi membaca buku otobiografi orang sukses dan terkenal serta mengamati perkembangan ilmu manajemen. Hidup mengalir seperti air.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Paradoks pada Diri Anies Baswedan!

28 Januari 2017   09:29 Diperbarui: 28 Januari 2017   10:20 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menyimak debat Pilgub DKI Jakarta tadi malam sudah lebih fokus bagaimana program kerja dari masing-masing Paslon untuk meningkatkan kesejahteraan warga DKI Jakarta walaupun dari sementara pendapat kalau debat tadi malam itu bukan merupakan debat yang setara karena terkesan Paslon nomor 1 dan Paslon Nomor 3 sangat sengit menyerang Paslon Nomor Urut 2. Hal ini adalah logis karena Paslon Nomor urut 2 adalah Sang Petahana yang memang menjadi Prioritas Paslon yang harus dikalahkan bersama sehingga terkesan Paslon Nomnor urut 2 menjadi musuh bersama.

Kalau Paslon nomor 2 sudah siap dengan data apa-apa prestasi yang telah dicapainya dengan menunjukkan hasilnya namun disayangkan Paslon nomor urut 1 dan 3 walaupun selalu berkata bahwa setiap program kerja itu harus ada Key Performance Indicators (KPI) nya namun dalam menyerang Paslon 2 atas program yang sudah berjalan dalam alternatip program yang ditawarkan tidak bisa menunjukkan apa KPI nya dan berapa target yang harus dicapai dalam KPI tersebut sehingga terkesan bahwa programnya itu asal beda dan bersifat retorika dan masih wacana.

Yang agak membuat sulit untuk dipahami adalah pada topik reklamasi pantai. Paslon nomor 2 menjelaskan bahwa Rencana reklamasi pantai Teluk Jakarta sudah ada sejak zaman Presiden Suharto dan saat sekarang baru dilaksanakan sehingga pesan yang sebenarnya ingin disampaikan adalah bahwa reklamasi pantai itu bukan issue yang baru dan yang diperlukan sekarang adalah keputusan untuk melaksanakan rencana reklamasi pantai tersebut. Namun apa jawaban dari Paslon nomor 3 adalah kalau korupsi itu sudah ada sejak lama apakah korupsi itu harus juga dilanjutkan ? Lalu diteruskan oleh Paslon nomor 3 bahwa namanya Sunda Kelapa koq tidak ada pohon nyiur melambai. Diteruskan bahwa orang Jakarta akan tidak punya pantai lagi. Lalu disambung lagi oleh pasangan Paslon nomor 3 bahwa reklamasi pantai itu akan memiskinkan sekitar 20.000 orang nelayan yang hidup sebagai nelayan.

Disini tampak jelas bahwa Paslon nomor 3 gagal paham substansi permasalahan reklamasi pantai. Dijelaskan oleh Paslon nomor 2 bahwa hasil reklamasi pantai yang notabene tanahnya nanti masih atas nama Pemda DKI Jakarta maka hasil reklamasi pantai akan dipakai untuk membiayai pembangunan tanggul raksasa yang memerlukan dana trilyunan rupiah untuk  membetengi Kota Jakarta dari serangan pasangnya air laut mengingat karena daya dukung kota Jakarta yang sudah menurun akibat adanya penanaman hutan beton diseluruh wilayah Ibukota  Jakarta. Yang lebih konyol lagi adalah ucapan apakah korupsi yang sudah lama ada apa juga harus dilanjutkan ?

Untuk ini apakah Paslon nomor 3 tidak melihat kenyataan kalau KPK itu dibentuk untuk memberantas korupsi dan saat ini sedang diperkuat karena korupsi sudah bagaikan kanker yang menggrogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara baik itu dibidang eksekutip, legislatip maupun yudikatip. Lalu nasib nelayan dari literatur sejarah ekonomi diketahui bahwa term of trade dari profesi nelayan itu selalu turun sejalan dengan perkembangnan ekonomi kecuali kalau nelayan itu meningkatkan economy of scale - nya. Jadi bukan reklamasi pantailah yang menyebabkan nelayan makin miskin lagi pula nelayan Teluk Jakarta itu menangkap ikannya sudah jauh dari garis pantai Jakarta karena air lautnya yang sudah tercemar oleh limbah rumah tangga dan pabrik sehingga tidak cocok lagi untuk habitat ikan.

Mengenai Sunda Kelapa koq tidak ada Pohon Nyiur melambai, lalu kalau jalan ke Kebon Kacang apa juga masih dijumpai adanya kebon kacang ? Bagaimana dengan daerah Kebon Jeruk ? Kebun Nanas ?  Jadi itulah sebagian paradok dari Paslon nomor 3 yang menurut beberapa pengamat tampak kalau Paslon nomor 3 itu terlalu emosional dalam debat kali ini. Ada pula yang menyayangkan sebagai latar belakang pendidik koq mempertotonkan hal demikian ataukah karena forum debat itu adalah forum politik sehingga syah-syah saja untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan......?

Salam prubahan untuk kehidupan yang lebih baik........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun