Mohon tunggu...
Big Forever
Big Forever Mohon Tunggu... -

Bekerja di industri jasa keuangan, hobi membaca buku otobiografi orang sukses dan terkenal serta mengamati perkembangan ilmu manajemen. Hidup mengalir seperti air.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perlukah Kita Membuat Resolusi Pribadi dalam Penggantian Tahun?

31 Desember 2016   06:24 Diperbarui: 31 Desember 2016   06:52 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjelang akhir tahun tentu membuat sebagian orang sibuk. Sibuknya ini bisa bermacam bentuk antara lain ada yang merayakan penggantian tahun itu di tempat-tempat ibadah, di tempat-tempat perayaan publik atau di hotel mewah, sibuk kumpul di rumah masing-masing dengan keluarga besar, sibuk mengais rejeki karena perayaan tahun baru itu merupakan kesempatan untuk mengais rejeki, dan lain sebagainya. Dalam hal ini tentunya sangat sulit untuk mengkritisi bentuk perayaan yang akan dilakukan oleh warga lainnya karena kebhinekaan INDONESIA apalagi meninjau dari sudut pandang agama yang bukan dianutnya karena mungkin ada perbedaan dogma, sistim nilai, akidah yang berbeda. Bukankah agamamu agamamu dan agamaku agamaku...????

Dalam ilmu manajemen diketahui ada fungsi - fungsi manajemen antara lain yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Dalam konteks ini tentulah sangat relevan pada menjelang akhir tahun setiap individu melakukan semacam intropeksi atau kontemplasi diri apa - apa yang telah dilakukan sepanjang akhir tahun lalu untuk mengetahui apakah yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan manusia diturunkan dimuka bumi ini sebagai khalifah yang harus memakmurkan dan mensejahterakan bumi ini dengan segala isinya dan bukannya malah saling menghacurkan atau mencaci maki sesama mahlukNYA...Mungkin sama - sama dimaklumi bahwa dilahirkan dimuka bumi ini tidak bisa memilih apakah sebagai orang Jawa, orang Sumatera, orang Cina bahkan orang suku bangsa lainnya. Memang tidak ada yang sempurna di dunia ini karena kesempurnaan itu hanya milikNYA oleh karena itu janganlah ketidaksempurnaan itu dipakai sebagai amunisi untuk menyerang orang lain khususnya dalam hiruk pikuk masa Pilkada.

Dalam fungsi perencanaan ini maka sebagai manusia yang hidup di muka bumi perlu ada semacam perencanaan untuk melaksanakan apa gunanya atau tujuan hidup di dunia ini, bahasa manajemennya adalah apa visi dan misinya. Setelah diketahui apa visi dan misinya barulah disusun langkah - langkah tindakan atau langkah - langkah kerja untuk merealisirkan visi dan misi tersebut. Tentunya dalam merumuskan vivi misi ini harus sesuai dan sejalan dengan khalifah dimuka bumi ini yang bertujuan untuk memakmurkan dan mensejahterakan bumi ini dengan segala isinya. Yang harus diingat bahwa dalam merumuskan tujuan ini harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan kemauan diri masing - masing serta dalam bentuk kwantitatip dan mempunyai jadwal waktu yang jelas sehingga bisa diukur dan dimonitor tingkat keberhasilannya. Ada pendapat mengatakan bahwa perencanaan yang baik merupakan 50 % dari keberhasilan.

Setelah ada perencanaan maka harus dilaksanakan dengan sepenuh hati karena ini adalah tahap yang paling penting mengingat bahwa dalam perencanaan itu disusun berdasarkan asumsi - asumsi sedangkan dalam pelaksanaan itu berhadapan langsung dengan dunia nyata dimana adakalanya ada ketidaksesuaian antara asumsi dan kondisi dunia nyata sehari - hari. Dalam pelaksanaan apabila diperlukan perubahan dalam langkah kerja yang telah disusun maka perubahan itu harus dilakukan supaya menjaga tujuan itu dapat dicapai.

Tahap berikutnya adalah tahap monitoring atau pengawasan atas jalannya pelaksanaan program kerja yang telah disusun dalam mencapai visi misi yang telah ditetapkan. Pengawasan ini harus dilakukan sepanjang masa dengan maksud kalau ditemukan ketidaksesuaian maka harus cepat diambil tindakan dengan segera. Dengan demikian dengan melakukan pengawasan sepanjang masa maka visi misi yang telah ditetapkan akan tercapai. Kalau semua itu sudah dilakukan maka teringat akan materi pelajaran agama di tingkat Sekolah Dasar  yaitu kata Ibu Guru Agama adalah  usaha + tawakal ===. takdir.

Jadi dengan melihat itu semua maka kembali kepada judul artikel diatas kembali kepada diri masing -masing, terserah kepada masing-masing apa mau jadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Ahok atau bahkan jadi Presiden Republik Indonesia menggantikan Presiden Jokowi semua kembali kepada diri masing-masing. Janganlah menjadi orang SOS yaitu Senang Orang Susah dan Susah Orang Senang. Kalau hal ini terjadi maka penyakit hati akan merasuki manusia dan ujaran kebencian yang akan merajalela.....

Salam perubahan untuk kehidupan yang lebih baik......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun