Mohon tunggu...
Emes Bowie
Emes Bowie Mohon Tunggu... -

Writer & Author

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gendongan Bayi; antara Ibu, Bayi, dan Tuhan

16 Oktober 2017   16:38 Diperbarui: 18 Oktober 2017   11:18 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chang Chi-Shan, Kurator pameran internasional "Fertil, Barakat, Ayom; Budaya Gendongan Bayi", dan Perupa Hanafi menemukan sebuah kesimpulan bahwa, "Tuhan tidak bisa berada di mana-mana dan karena itulah Ia menciptakan Ibu." Pameran "Fertil, Barakat, Ayom; Budaya Gendongan Bayi", ialah kolaborasi antara perupa Hanafi dengan National Museum of Prehistory-Taiwan (NMP). Yang akan digelar di Museum Nasional Indonesia pada Kamis, 19 Oktober 2017 Pukul 19.00WIB.

Budaya gendongan bayi menarasikan ihwal manusia pada awal kelahirannya, sebagai sosok yang lemah dan tidak bisa hidup sendiri. Dalam kondisi itu, kehadiran dan peran seorang ibu begitu sangat berarti. Sejak seorang bayi lahir, senyum ibu dapat menenangkan tangisan. Pelukannya akan menjaga bayi aman dan hangat. Tak ada tempat paling aman untuk bayi selain daripada meringkuk ke dada ibu.

Sehelai gendongan bayi menjadi bagian panjang kain yang digunakan untuk mengikat bayi kepada sang ibu. Gendongan membangun kedekatan dan keintiman pada hari-hari pertama antar bayi dan ibu serta merasakan bersama pengalaman hidup yang luar biasa.

Dalam tur pameran internasional "Fertil, Barakt, Ayom; Budaya Gendongan Bayi" kita menyaksikan bagaimana kasih sayang dan cinta ibu mengantarkan buah hatinya, yang semula berasal dari alam rahim, untuk kemudian menjalin hubungan dengan dunia luar.

Pameran ini menampilkan aneka gendongan bayi, bungkusan dan kain penggendong dari beragam latar belakang suku dan kelompok manusia di berbagai belahan dunia, khususnya Asia.

Pameran ini menampilkan gendongan-gendongan bayi dan benda-benda perawatan anak lainnya yang digunakan etnis minoritas di Barat Daya negeri China, juga masyarakat berbahasa Austronesia dari pulau Kalimantan, Bali dan kelompok etnis di Asia Selatan.

Berbagai suku dan kelompok manusia telah mengembangkan sistem dan gaya gendongan bayi berdasarkan budaya yang unik, cara hidup, cuaca, kebiasaan dan pengalaman estetika. Tetapi semua punya suatu maksud dan tujuan yang sama, yakni konsep pengasuhan, berkah, dan perlindungan. Juga cinta sebagai bahasa yang kekal abadi dan universal yang dituturkan oleh semua.

Pameran ini dimulai dengan data penelitian prasejarah dan arkeologi di Taiwan berkaitan dengan pengasuhan dan perawaan anak. Salah satu tujuannya ialah memberi gambaran budaya gendongan bayi dan tradisi membesarkan anak dari suku Minnan dan masyarakat berbahasa Austronesia di Taiwan.

Anda dapat mencari tahu lebih banyak tentang Pameran "Fertil, Barakat, Ayom; Budaya Gendongan Bayi" via twitter @studiohanafi atau via laman facebook @studiohanafi dan www.studiohanafi.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun