Akhirnya jadi juga saya membaca tentang si Giring. Padahal, Â sudah banyak tulisan Kompasianer tentang si Giring nangkring di Kompasiana, belum pernah saya baca.Â
Hanya gara-gara sore tadi pulang kerja lewat Pangkalpinang Bangka Belitung (Babel) terlihat dari jauh foto Giring terpasang di Baliho besar di perempatan jalan yang ramai dilalui orang, penasaran juga jadinya dan ingin segera mengulas tentang si Giring.
Apa tujuan si Giring ini hingga wajahnya barangkali sudah keliling Indonesia? Nah, jika ke Babel misinya apa? Positif ajalah, barangkali mau mendengar aspirasi petani karet dan lada di Bangka Belitung.
Baiklah Giring, mau jadi Presiden itu adalah hak kamu, tidak ada larangan dan tidak mengganggu jiwa saya. Akan tetapi, saya hanya ingin menginformasikan jika di Bangka Belitung saat ini harga komoditas pertanian, karet dan lada sedang murah-murahnya. Satu lagi, kamu harus tahu bahwa penderitaan petani karet dan lada di Babel sangat-sangat menderita.
Untuk Calon Presiden 2024, dengarkan suara Petani!
Inilah kesempatan saya selaku anak petani untuk menyuarakan nasib petani yang ada di Desa-Desa se Bangka Belitung, terutama nasib petani karet dan lada. Bisa jadi, selama ini nasib petani kami tidak terdengar di Ibu Kota, mungkin dikarenakan ruwetnya problem Ibu Kota yang tidak pernah habisnya.Â
Barangkali juga, nasib petani kami di Babel ini tidak masuk agenda untuk diperjuangkan, dikarenakan sudah dianggap terbiasa bertahan dengan kemiskinan dan penderitaan hidup.
Mau tahu berapa harga satu kilo karet dan lada saat ini? Baiklah akan saya jelaskan secara ringkas. Pertama, harga komoditas karet. Saat ini kisaran harga karet di tingkat pengepul dihargai Rp.2.500 s.d Rp.4.500 per kg, tergantung dengan kualitas dan kadar air dalam karet.
Bayangkan saja duhai calon Presiden 2024, satu hari petani karet hanya bisa menghasilkan getah karet dengan berat jika dirata-ratakan 10 s.d 20 kg, maka pendapatan yang diraih tetap kurang dari Rp. 100.000.
Mau makan apa petani kita? Jangankan untuk menabung, untuk biaya buat rumah atau biaya pendidikan tinggi, untuk makan saja masih kembang kempis. Syukur-syukur anak petani di Babel ini tidak ada yang stunting (kekurangan gizi dalam waktu yang lama), padahal pemerintah sedang menggalakkan program menghilangkan stunting di Babel.