Di hari libur tahun baru Islam kali ini saya manfaatkan dengan pergi ke kebun bersama keluarga. Tujuan kami ke kebun salah satunya untuk menikmati suasana alam kebun.
Tidak jauh dari kebun saya, tampak saudara saya sedang menanam sesuatu. Sayapun mencoba bertanya, sedang apa? Saudara saya pun menjawab sedang “nugal”.
Nugal (dibaca nugel), merupakan kegiatan bercocok tanam tanaman padi ladang. Nugal juga diartikan menanam benih padi yang dilakukan oleh petani sambil berjalan dengan cara melubangi tanah menggunakan kayu. Setelah tanah selesai dilubangi, selanjutnya diisi dengan benih padi. Orang yang memasukkan benih padi ke dalam lubang disebut dengan pemintang. Untuk kegiatannya disebut mintang.
Kegiatan nugal sudah menjadi tradisi orang atau masyarakat Desa Payabenua Kecamatan Mendobarat Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Saat ini umur saya sudah 39 tahun, sepengetahuan saya, tradisi nugal terus dipertahankan masyarakat Desa Payabenua.
Kegiatan nugal juga sering diidentikkan dengan beruma (dibaca berume). Beruma diartikan dengan membuka kebun baru. Biasanya setelah panen padi, dilanjutkan dengan menanam lada atau sahang.
Tahapan Nugal
Kegiatan nugal memiliki tahapan seperti berikut:
# Persiapan Lahan
Persiapan lahan dimulai dari penentuan lokasi untuk pembukaan lahan baru. Kemudian, penebangan batang pohon yang besar dan kecil. Setelah selesai penebangan, selanjutnya pembersihan lahan.
Pembersihan lahan biasanya menggunakan sistem bakar. Bisa juga menggunakan jasa alat berat dengan menumpukkan batang pohon yang ditebang di suatu tempat.
Lahan yang digunakan tidak selalu membuka lahan baru. Akan tetapi, bisa juga menggunakan lahan yang sudah ditanami tanaman lain, atau sistem campur sari.
# Persiapan Benih Padi
Setelah lahan dianggap siap, tahapan selanjutnya penyediaan benih padi. Benih padi yang dipilih adalah benih padi yang sehat dan berisi atau bernas.
kemudian, benih padi tersebut dicampur dengan pupuk dan kapur. Pupuk yang sering digunakan adalah pupuk cap wayang. Setelah dilakukan pencampuran, selanjutnya benih padi tersebut ditempatkan di dalam ember-ember.
Untuk lahan satu hektar dibutuhkan kurang lebih dua kaleng benih padi. Satu kaleng benih padi sama dengan ukuran 20 kilo gram. Jadi, seandainya kita mau menanam padi di lahan setengah hektar, maka cukup menggunakan satu kaleng benih padi.
# Waktu Nugal
Kapan waktu nugal? Waktu nugal dilaksanakan setahun sekali. Nugal biasanya dilaksanakan pada bulan Agustus.
Disaat nugal, biasanya dibagi dua tim. Tim pertama bertugas menugal. Menggunakan dua buah kayu dengan ketinggian kurang lebih dua meter, lalu dimasukkan ke dalam tanah sambil berjalan lurus. Kemudian, tim kedua bertugas memasukkan benih padi ke dalam lubang (memintang) yang sudah dibuat oleh penugal tadi. Dalam satu lubang diisi kurang lebih 8 biji padi.
Tim pertama biasanya cenderung dilakukan oleh laki-laki. Kemudian tim kedua cenderung dilakukan oleh perempuan.
# Pemeliharaan
Setelah benih padi ditanam, pekerjaan yang paling berar adalah merawat atau memeliharanya. Hasil panen sangat tergantung dengan pemeliharaan yang sudah dilakukan.
Pemeliharaan dimulai dari penyemprotan gulma dan hama hingga pemupukan. Selain itu menjaga dari serangan binatang sangat perlu dilakukan. Apalagi ladang masih dikeliling hutan, binatang seperti monyet, lutung, babi dan tikus sering merusak tanaman padi.
# Masa Panen
Masa panen padi adalah masa yang ditunggu-tunggu oleh petani. Setelah menunggu sekian waktu, dari mulai persiapan lahan hingga rutin melakukan perawatan, wajar saja petani berharap ladang padinya akan banyak menghasilkan padi.
Mau tahu berapa bulan lamanya masa panen padi ladang? Masa panen padi ladang biasanya kurang lebih selama 135 hari (4,5 bulan).
Untuk hasil yang didapat tidak menentu. Dahulu untuk menghasilkan lebih dari satu ton padi (1.000 kg) bisa didapat dari lahan seluas satu hektar. Akan tetapi, sekarang sudah tidak bisa lagi. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil padi, seperti cuaca, pemupukan dan hama tanaman.
Biasanya, tradisi orang Desa Payabenua, jika menghasilkan beras sebanyak 100 kaleng (1 kaleng = 12 kg beras), maka dianggap sudah mencapai nisab. Dari 100 kaleng tersebut, sebanyak 10 kaleng beras wajib dizakatkan. 10 kaleng beras (120 kg) tersebut dibagikan kepada orang yang berhak menerima zakat.
Mempertahankan Tradisi Nugal
Dahulu, orang tua kita jarang membeli beras, mengapa? Karena orang tua dahulu tidak pernah berhenti nugal atau menanam padi. Hal inilah membuat ketersediaan bahan pokok berupa beras untuk keluarga menjadi terjamin.
Dengan adanya stok beras di rumah, membuat pengeluaran rumah tangga lebih irit. Apalagi di tengah kondisi ekonomi sedang morat marit, ketersediaan stok beras di rumah sangat-sangat bermanfaat.
Menurut saya, tradisi nugal tetaplah dipertahankan. Selama masih ada lahan, selama itulah kegiatan nugal tetap bisa dipertahankan. Kemudian, untuk mendapatkan hasil padi yang berlimpah, petani kita perlu melakukan perawatan yang ekstra terhadap tanaman padi tersebut.
Memanfaatkan jasa penyuluh dari Dinas Pertanian setempat, merupakan salah satu solusi untuk mengetahui cara menanam dan merawat tanaman padi di era moderen ini. Dengan harapan, lahan seadanya hasil tetap melimpah.
Tradisi nugal juga merupakan bentuk mempertahankan rasa solidaritas sesama anggota masyarakat. Tidak jarang, saat masa nugal masyarakat bergotong royong melakukan nugal (menanam benih padi). Selaku tuan rumah, biasanya hanya menyiapkan snack dan makan siang. Dari kerja gotong royong tersebut, pekerjaan jauh cepat selesai. Selain itu, masyarakat juga bergotong royong saat masa panen padi tiba, dengan upah berupa padi.
Kemudian, beras hasil padi ladang bisa dikatakan beras super nikmat. Biasanya kami menyebutnya dengan sebutan “beras merah”. Jika dimasak, nasinya berwarna merah. Paling cocok padanan lauknya dengan ikan asin dan dimakan di pondok kebun.
***
Foto-Foto Terkait Nugal:
Barangkali itulah sedikit ulasan tentang tradisi nugal di Desa kami, Desa Payabenua. Jika terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam ulasan ini, semata-mata kekurangan dari penulis.
Catatan: Informasi didapat dari wawancara dengan beberapa petani di Air Dayung Desa Payabenua Kabupaten Bangka.
Sekian. (ZZ).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H