Mohon tunggu...
SUPPORTREALITA
SUPPORTREALITA Mohon Tunggu... -

Fakta - Komunitas-Panorama-Wisata-Budaya-Fenomena - Cerita Kita

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sempuyun, Guyub Rukun Bersama Kita Bisa

5 April 2018   23:56 Diperbarui: 2 Mei 2018   01:03 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatanku - Menjadi seorang Pemimpin bukanlah perkara mudah, banyak aspek yang harus menjadi pertimbangan dalam setiap keputusan yang diambilnya, keputusan mungkin tidak akan menyenangkan semua pihak, apalagi jika gaya kepemimpinan demokratis yang mendengarkan semua masukan.

Foto : Nda Anik ( Tengah Hijab Putih ) bersama Pengurus Sanggar Tari Sempuyun
Foto : Nda Anik ( Tengah Hijab Putih ) bersama Pengurus Sanggar Tari Sempuyun
Demikian kami  menggaris bawahi dari hasil silaturahmi kami ke kediaman Ketua Pengasuh Sanggar Tari Tradisional " Sempuyun ". Nda Anik, sapaan akrab keseharian dari Ibu yang bernama lengkap Anik Fidya Isnawati . Yang kesehariannya, selain mengabdi disalahsatu lembaga anak usia dini di Kecamatan Pujon, adalah sebagai Ibu rumah tangga.

Disela kesibukanya tersebut, setiap hari minggu beliau selalu menyempatkan diri dan memilih libur pekannya bersama anak - anak  dan teman - teman seperjuanganya di Sanggar. Kecintaanya akan seni budaya tradisional ditambah dengan semangat teman - teman sehobinya menjadikanya motivasi.

Menanggapi pertanyaan seputar kesan dan tantangan dalam menjadi Pengasuh di Sanggar Paguyubannya Ia katakan " Ya banyaklah mas, suka dukanya..Diantaranya apapun keputusan yang kita ambil haruslah memiliki jangkauan yang lebih jauh dan lebih luas. Apakah semua keputusan benar ?, hanya waktu yang bisa menjawab, karena ketua juga hakekatnya hanya manusia biasa." Ungkapnya bersahaja.

Ia lanjutkan " Disaat kita dipimpin, kita akan mudah dan sangat mudah berpendapat, karena apapun itu resiko bukan berada pada diri kita, tetapi kepada sang pemimpin. Berbeda jika kita meng komandoi banyak orang, harus bisa memasang banyak telinga untuk mendengar, mengurangi bicara, dan berfikir secara sistimatis untuk menghasilkan keputusan Terbaik (belum tentu benar)", tandasnya sembari tersenyum ramah di kediamanya Krajan Desa Wisata Pujon Kidul, Pujon - Malang.

Jika kita bergerak sendiri, kita bisa lebih ringan, jika bergerak bersama maka akan lebih lambat, ibarat organisasi itu sebuah bendi yang ditarik oleh beberapa kuda, kuda harus dapat berlari sejajar tanpa ada yang lebih cepat maupun lambat, agar organisasi bisa tetap utuh.

" Alhamdulillah, semangat guyub rukun kami sudah kayak leluarga. Kami selalu saling mengingatkan dan memberi masukan dengan harmonis. Tidak ada istilah ' kongkiren' iri atau membebankan satu tanggung jawab tanpa saling merasa mengembannya."

" Kami selalu berupaya mengedepankan asas kekeluargaan, kebersamaan dan keterbukaan saling menghargai, saling membantu, saling mengingatkan jika ada yang keluar dari rel agar bersama kita maju, maju dan lebih sukses. Karena kami yakin Bersama Kita Bisa " Pungkasnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun