Pada sebuah acara arisan pojok kampung.
”Bu Sri, bajunya Bu Minah sekarang bagus-bagus ya?” kata bu Sondah.
“Lha iya, anaknya sudah kerja di kota, ya pasti sering kirim baju bagus.”
Di salah satu sudut meja lain.
”Bu Minah, kalau boleh Susi tak jadikan menantu, boleh yoo?” rayu Bu Jarmi.
”Wah, saya ini terserah anak-anak, Bu! Asal mereka saling cinta, ya saya restui,” jawab Bu Minah kalem.
Bu Minah adalah seorang janda sejak Susi masih bayi. Ayah Susi menikah lagi. Ia terkenang saat Susi pamit untuk bekerja di kota.
”Susi, jaga diri baik-baik di rantau. Kamu anak ibu satu-satunya. Jangan mudah tergoda rayuan laki-laki yang baru kamu kenal!”
”Iya, Bu! Ibu tidak perlu cemas. Susi tahu dan ingat pesan Ibu,” janji Susi.
Setiap hari Bu Minah berdoa agar anaknya tidak keliru dalam melangkah di kota besar. Terutama bila melihat keadaan pergaulan bebas antara anak laki-laki dan perempuan jaman sekarang ini. Jujur, hati Bu Minah sangat cemas. Ia tak ingin Susi bernasib sama ditinggal menikah lagi seperti dia. Bu Minah tak ingin Susi hamil di luar nikah seperti anak Bu Narto yang juga bekerja di kota. Tapi syukurlah Susi anak yang baik, dua tahun di kota malah sudah bisa memperbaiki rumah mereka di desa. Susi juga rajin (mem)beri kabar ibunya.
”Bu, aku bulan depan pulang bersama Merry temanku,” kata Susi.