Bagi yang pernah mengunjungi Gunung Kidul Jogjakarta, tentu tak asing dengan hidangan sederhana khas desa yang ngangeni lidah. Entah mengapa di saat suasana pesta Natal saya malah bosan melihat hidangan kue dan aneka jenis menu masakan. Kami memilih untuk ke Gunung kidul. Selain ingin mencuci mata melihat hijaunya pemandangan alam di sepanjang jalan menuju desa Panggang Legundi Gunung Kidul, sekalian berziarah ke makam eyang yang ada di sana. Meskipun hujan rintik sepanjang perjalanan tak mengurangi kebahagiaan saat melintasi jalan yang naik turun menyusuri pegunungan batu kapur di daerah itu. Musim penghujan membuat tumbuhan dan pepohonan tampak hijau dan subur di sepanjang jalan. Sangat berbeda bila ke sana ketika musim kemarau panjang. Tampak ranting dan dahan pohon jati dan pepohonan lain mengering. Namun tetap saja semuanya memberi pesona tersendiri. Selama perjalanan dengan udara yang dingin membuat perut terasa lapar. Tibalah kami di rumah salah satu keluarga. Hmmm..saat memasuki rumahnya tercium aroma sayur lombok hijau yang khas. Benar - benar menggoda. Segera kami menuju dapur lewat pintu belakang. Wah, tidak salah lagi tampak sego tiwul mengebul baru saja diangkat dari tempat kukusan yang di masak di atas tungku kayu bakar . Nah ini dia menu khas Gunung Kidul yang kita cari - cari. Langsung saja kami menikmati hasil masakan itu. Lengkap dengan sambal bawang, daun pepaya rebus, dan tempe koro bacem. Oya sayur lombok hijau ini terbuat dari tempe yang dibungkus daun jati lalu di potong - potong. cabe hijau di iris tipis, bawang merah dan bawang putih, daun salam dan lengkuas, santan kelapa. Sedap sekali rasanya, soal pedasnya tergantung selera. Bahan hidangan sego tiwul ini terbuat dari tepung gaplek atau singkong yang dijemur hingga kering kemudian ditumbuk lalu diuleni dengan air sedikit dan dikukus. Tiwul bisa juga dinikmati sebagai kudapan dengan menambahkan kelapa parut yang ditaburi gula merah. Selain tiwul ada juga makanan khas Gunung kidul yang namanya mie lethek yang terbuat dari tepung gaplek...enaknya makkk nyuuus.Jika ingin merasakan kuliner yang lebih seru bisa nyicip belalang goreng dan ulat pohon jati goreng...he he he. Tapi saya nggak bisa. Setelah makan, acara selanjutnya ke makam eyang dan berziarah di sana. Makam keluarga ini dibangun diatas tanah berbukit cadas yang agak tinggi. Untuk sampai di sana ada tangga jalan menanjak. Tidak ada makam lain selain makam keluarga eyang. Nah ini dia makam yang kami kunjungi. Setelah mengunjungi makam dan menabur bunga lalu bersiap langsung pulang menuju Jogjakarta lagi karena hari sudah sore. Butuh waktu sekitar satu setengah jam tiba lagi di Jogjakarta karena hujan. Siapa mau ikut ke Gunung Kidul menikmati sayur lombok hijau dan sego tiwul? Monggo silahkan daftar ke saya tahun depan he he he. Salam hangat Bidan Romana Tari Foto; dokumen pribadi YP dan RT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H