Mohon tunggu...
Bidan Care / Romana Tari
Bidan Care / Romana Tari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bidan Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup,\r\n\r\nMari hidup sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Benarkah Operasi Caesar Ke Dua Lebih Sakit?

21 Juli 2010   21:34 Diperbarui: 4 April 2017   17:35 2984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Benarkah melahirkan melalui caesar yang kedua kalinya lebih sakit ? Pada keadaan dimana bayi tidak bisa lahir normal misalnya ibu dengan preeklamsia berat , perdarahan karena terlepasnya ari ari sebelum bayi lahir dan keadaan janin yang terlalu besar tak sesuai dengan rongga panggul ibu,  bayi posisi melintang dan indikasi mutlak lain, maka terpaksa memang harus melalui operasi caesar.
Sahabat bidancare tak perlu kuatir dan cemas, setiap perempuan memiliki ambang batas nyeri yang berbeda – beda. Persepsi nyeri tiap orang tak akan persis sama. Apa yang ibu pikirkan itulah yang akan terjadi. Nah satu point penting adalah ibu sudah pernah mengalami sendiri pengalaman melahirkan melalui operasi caesar.

Tindakan operasi caesarea, adalah tindakan bedah yang dilakukan dengan indikasi medis yang memenuhi syarat untuk dilakukan keputusan operasi caesar. Dalam tindakan bedah caesar setelah  dokter ahli anasthesi melakukan tindakan pembiusan, dokter ahli kandungan akan membuka lapisan demi lapisan perut sampai  dengan rahim dan setelah bayi lahir,  luka akan dijahit kembali sedemikian rupa untuk menyelesaikan seluruh proses persalinan tersebut. Dengan tindakan bedah berarti jaringan syaraf dan otot yang terputus cukup banyak dibanding melahirkan normal.

Keluhan nyeri setelah operasi sebenarnya tidak selalu berarti buruk, hanya saja pemahaman nyeri selama ini seringkali nyeri dianggap sesuatu yang tidak nyaman dan menakutkan. Padahal dengan nyeri yang dirasakan menjadi pertanda baik bahwa dengan demikian fungsi syaraf tubuh ibu sudah pulih dari efek bius. Obat bius hanyalah bersifat sementara. Yang dapat ibu lakukan adalah relaksasi dengan menarik nafas panjang setiap kali nyeri timbul dan menghembuskan nafas perlahan melalui hidung. Dokter  akan mengantisipasi keluhan nyeri  setelah operasi ini dengan bantuan obat pereda nyeri.

Selain nyeri akibat luka operasi ada pula nyeri yang menjadi pertanda baik, yaitu nyeri mulas seperti kram pada perut, nyeri ini dibutuhkan sebagai tanda bahwa rahim ibu ternyata sudah berkontraksi dengan baik secara alami untuk mengecil kembali.

Pada kehamilan kedua dan ketiga mulas seperti kram perut ini akan sedikit lebih terasa karena kondisi rahim semakin kendur akibat peregangan pada kehamilan sebelumnya. Bayangkan bahwa setelah bayi lahir kondisi rahim yang tadinya membesar akan perlahan - lahan mengecil hingga seukuran buah pir. Bila nyeri ini tidak timbul dan kontraksi / kram tidak terjadi maka resiko perdarahan dapat terjadi.

Nah apapun resiko dari sebuah proses persalinan jangan dijadikan nyeri sebagai beban, baik melahirkan normal maupun caesar masing masing tetap butuh perjuangan. Manakah yang lebih membahagiakan dalam hidup ibu selain menimang bayi yang begitu didambakan telah lahir dengan selamat. Renungkan sejenak anugerah kelahiran bayi lebih dari segalanya.

Mengenai kualitas jenis obat nyeri, ada banyak sekali jenisnya. Setiap dokter akan merekomendasikan sesuai kebijakan mereka . Sekarang  kembali pada pilihan ibu sendiri akan menggunakan fasilitas di rumah sakit yang telah ibu percaya sebelumnya yang telah memberi obat anti nyeri yang terbaik menurut ibu atau ingin mencoba melahirkan di rumah sakit lain. Mahal tidak selalu berarti yang terbaik. Diberi obat dosis tinggi pun bila sudah terjadi penolakan dan ketidak percayaan dalam pikiran pasien , maka obat tetap tidak akan menolong.

Salam hangat bidancare

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun