Bu Marliyah berusaha menasehati Joko panjang lebar tentang bagaimana menghargai seorang istri dan belajar menyukai masakannya.
" Ya wes besok ibu tak ke rumahmu, nanti biar ibu mengajari Lili masak. Tidak baik kamu sering makan di rumah ibu tanpa Lili. Apalagi jika Lili sudah masak, kasihan istrimu. Berterimakasihlah untuk usahanya"
Di rumah menantunya saat hari Minggu.
Lili langsung membuat pengaduan. Dia biasa memanggil ibunya Joko dengan sebutan Mami dan Koko sebagai sebutan untuk suaminya.
" Mami, itu lho Koko kalau di suruh makan sayur sulitnya minta ampun deh, apa memang tidak suka sayur ? dulu waktu pacaran dia oke saja tuh makan sayuran"
Joko yang mendengar Lili mengadu, lalu main mata dengan ibunya sambil senyum - senyum membelakangi Lili.
" Wah, dia suka sekali sayur Li, tapi ya itu lidah Jawanya masih harus penyesuaian. Lha maklum saja sejak kecil ibu mengenalkan sayuran dengan menu yang beda denganmu. Tapi sabarlah nanti pelan - pelan pasti bisa"
" Mami, ajari aku masak sayur lodeh yang sering diminta Koko ya, juga bumbu sayur asem. Wah padahal aku tidak seberapa suka tuh Mami, tapi tidak apalah demi Koko biar mau makan"
"Ya nanti ibu ajari, hari ini kamu masak apa Li? Ibu dengar kamu pintar masak cap cay?" kata bu Marliyah sambil senyum. Wajah Lili memerah mendapat pujian mertuanya.
Singkat cerita akhirnya ibu mertua dan menantu itu bersibuk ria di dapur, saling bertukar ilmu memasak. Joko dalam hati sebenarnya memuji usaha istrinya untuk belajar masak menu kesukaannya.
Cerita soal selera lidah dan menu makanan terutama bagi pasangan yang berbeda suku kadang menjadi menarik. Satu hal yang dibutuhkan untuk dapat menyatukan dua perbedaan adalah kesediaan untuk saling menghargai dan mau menyesuaikan dengan pasangannya.