Mohon tunggu...
Bidan Care / Romana Tari
Bidan Care / Romana Tari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bidan Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup,\r\n\r\nMari hidup sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hati - Hati Pedagang Kain Rawan Kanker Paru - Paru

12 Februari 2012   16:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:44 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Salah satu keluarga saya yakni kakak ipar ibu, almarhum bapak " S" pola hidupnya sangat sehat. Bahkan pada usia 67  tahun beliau sangat aktif olahraga jalan pagi dan minum air putih. Merokok juga tidak pernah. Memilih jenis makanan sangat hati - hati tidak pernah sembarangan jajan di luar rumah. Tapi yang membuat semua keluarga terkejut adalah berita bahwa almarhum mengalami sakit kanker Paru stadium III ketika diperiksa CT Scan paru- paru dan dari hasil pemeriksaan laboratorium.

Kejadian ini sudah tiga tahun lalu. Tetapi karena kemarin saya sempat lihat  di pasar ada ibu hamil jadi pelayan toko kain dan tidak menggunakan masker lalu mengingatkan saya pada Almarhum yang menderita kanker Paru - paru.

Sekilas tentang Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tak terkendali dalam jaringan paru-paru. Meskipun disebutkan penyebab utama adalah merokok,  namun ternyata zat berbahaya yang terhirup secara terus menerus di tempat kerja. Zat berbahaya ini termasuk bau pengawet  formalin pada kain dan serbuk  halus dari kain yang halus lalu terhirup saluran nafas. Kedua faktor tersebut menjadi  salah satu pemicu berkembangnya sel kanker pada paru- paru.

Bapak "S" bukanlah perokok dan paling tidak senang dengan bau asap rokok. Namun ternyata penyebab kanker itu justru dari pekerjaan sebagai pedagang kain. Setiap hariselama bertahun - tahun, beliau berada diantara kain - kain bahan dasar pakaian jadi. Lingkungan kerja  telah  membuat paru - parunya bekerja keras menyaring zat - zat berbahaya dari pengawet kain yang baunya sangat keras, beliau juga tidak menggunakan masker pelindung saat berada di sekitar gulungan kain - kain yang bertumpuk - tumpuk di tokonya.

Waktu pertama dihubungi oleh sepupu bahwa ayahnya akan dirujuk ke Surabaya dari rumah sakit Pusri Palembang, saya sempat heran. lho sakit apa? Rasanya tidak percaya. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk memeriksakan pakde saya tersebut ke salah seorang dokter ahli paru - paru. Dari hasil pemeriksaan dan Ct scan paru tersebut baru saya percaya bahwa pakde saya sakit kanker Paru. Sempat divonis hanya bertahan 3 bulan untuk harapan hidupnya, karena sel kanker juga bersarang di kelenjar timusnya.

Cukup lama saya berkesempatan merawat pakde, kebetulan dirawat tak jauh dari tempat saya bertugas. Semangatnya untuk sembuh sangat luar biasa, tiap pagi saya mengantar keliling taman rumah sakit dengan kursi roda, makananya juga diatur sesuai diet dan semua bahan makanan diblender untuk memudahkan menelan akibat  sariawan sekitar mulut.  Beliau tidak mengalami batuk darah sebelumnya hanya batuk keras dan sesak nafas.  Namun seiring perjalanan penyakitnya, mulai timbul  batuk darah  dan sering  mengalami  sesak nafas. Maka  setiap malam tidurnya selalu dengan bantal setengah duduk. Sempat dirawat jalan dan pulang ke Palembang lagi, namun tiap kambuh pasti ingin dirawat di Surabaya. Anak- anaknya menuruti untuk merujuk ke Surabaya dengan naik pesawat didampingi tante saya seorang bidan.

Saat beliau dirawat Rumah sakit swasta di Surabaya selatan ini, beliau dirawat oleh tiga dokter yakni Prof . DR. dr Puruhito Sp.BTKV , DR.dr Harsono Notopuro,Sp.PA dan dr  J.F Palilingan Sp.P. Ketabahan beliau menjalani semua pengobatan dan proses rawat jalan membuat para perawat kagum.Terutama perawat yang bertugas di bagian day care. Mereka salut dengan keinginan untuk dapat sembuh dari almarhum.  Meskipun menolak kemoterapi  dan operasi, beliau bisa bertahan hingga 3 tahun sejak divonis kanker paru. Namun akhirnya bapak "S" m enghadap Tuhan setelah berjuang keras melawan Kanker paru- paru.

Sekedar berbagi pengalaman dari keluarga  bapak " S"  penderita kanker Paru - paru, secara garis besar  pengobatan lebih banyak terapi Paliatif saja. Usaha dari keluarganya antara lain:


  • Menciptakan suasana hati penderita kanker paru selalu pasrah dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
    Pendampingan yang penuh perhatian, dukungan semangat dan kasih sayang dari keluarga
  • Taat pada program terapi yang sudah dijadwalkan untuk pemberian obat - obatan selama  di rumah sakit dan ketika rawat jalan.
  • Menjadi vegetarian (tetap konsumsi telur dan susu ) ada jadwal makan blend sayuran dan buah yang mengandung antioksidan, rajin minum air putih.
  • Bahan makanan selalu segar dan alami, tidak mengkonsumsi bahan kemasan atau olahan pabrik.
  • Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang dikukus dan direbus, hindari penyedap rasa dan sejenisnya.
  • Perawatan kebersihan tubuh secara teratur menghindari infeksi sekecil apapun misalnya jangan sampai flu, sariawan dan sebagainya.
  • Menghindari polusi udara dan lingkungan yang dapat memperberat sakitnya.


Sebagai catatan bahwa penderita kanker paru kebanyakan tidak menyadari keadaan atau gejalanya sebab sering dianggap seperti sakit batuk yang biasa atau alergi. Bagi yang bekerja di tempat yang terpapar debu, serbuk dan asap maupun zat polutan berbahaya lainnya, sebaiknya selalu memakai masker penutup hidung dan segera memeriksakan diri ke dokter bila mengalami keluhan antara lain gejala berikut : batuk tak kunjung sembuh, dahak bercampur darah , keluhan sesak nafas , nyeri dada, perubahan suara, mudah lelah, pembengkakan pada leher dan penurunan berat badan.

Salam hangat

Bidan Romana Tari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun