Mohon tunggu...
Bidan Care / Romana Tari
Bidan Care / Romana Tari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bidan Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup,\r\n\r\nMari hidup sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Generasi Ngadha Pertahankan Budaya Leluhur di Tanah Rantau

24 Januari 2012   11:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:30 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Daerah  Ngadha dimasukkan dalam Word heritage tentative list UNESCO  tanggal 19 Oktober 1995 dalam kategori kebudayaan. Uniknya setiap kecamatan dari kabupaten Ngadha ini memiliki bahasa adat yang berbeda beda. Namun ikatan kekeluargaan mereka sangat kuat. Bahkan semakin terasa kental kekerabatan masyarakat Ngadha ketika mereka berada di tanah rantau. bajawa/Dok.pri/BCRT/2012 Melestarikan seni atau tradisi budaya  Ngadha di tanah asalnya Nusa Tenggara Timur  itu sudah jamak dilakukan. Namun menjadi menarik ketika sekelompok generasi muda  Ngadha berusaha pertahankan budaya leluhur di tanah rantau. Sekilas tentang Ngadha adalah sebuah kabupaten di tengah pulau Nusa Tenggara Timur dengan pusat Ibukotanya Bhajawa. Ada tiga suku besar di sana yakni Bhajawa, Nagekeo dan Riung. Rumah adat Bena menjadi salah satu tujuan wisata tradisional yang sangat terkenal terletak di desa Tiworiwu  18 km arah selatan kota Bhajawa.

13263397681139581899
13263397681139581899
bajawa/Dok.pri/BCRT/2012 Berawal dari sebuah gagasan pelestarian budaya leluhur Ngadha bagi generasi muda yang ada di perantauan, terutama mereka yang dilahirkan dan besar di luar pulau Nusa Tenggara Timur. Awal tahun 2012 ini perkumpulan masyarakat Ngadha mengadakan acara bertajuk pentas seni dan budaya Masyarakat Ngadha, dengan Tema " PADHA MEZE AZE LEWA" Tema ini dengan latar belakang lukisan rumah adat Bena. Arti dari tema tersebut adalah; Jembatan Kehidupan- Hubungan Yang Agung.
1326349372601979391
1326349372601979391
Foto diatas adalah sebagian dari para panitia acara ini yakni para ibu - dan wanita keturunan dari Ngadha. Saat diwawancarai, ibu yang bernama Ester Longa mengungkapkan generasi keturunan Ngadha yang lahir dan besar di Surabaya semakin kurang mengerti  bagaimana tatacara dan adat leluhur mereka. Bahkan dalam tatacara berpakaian adat sudah mulai lupa - lupa ingat. Menurut seorang ibu asal Bhajawa bernama  Rona mengungkapkan, meskipun dia juga hampir lupa tetapi tetap berusaha berjuang mempertahankan tatacara adat dan tradisi leluhur mereka, oleh karena itu pada acara ini sedapat mungkin undangan mengenakan pakaian adat daerah Ngadha atau pakaian adat daerah NTT bila ada. [caption id="attachment_163205" align="alignnone" width="300" caption="bajawa/Dok.pri/BCRT/2012"]
1326339531514632448
1326339531514632448
[/caption] Sekolompok ibu asal  Ngadha memberi contoh menari dengan pakaian adat Ngadha, diikuti sebelahnya adalah sekelompok mahasiswi asal Ngadha yang kuliah di Surabaya. Mahasiswa asal Ngadha diundang agar melestarikan tradisi tarian adat daerah. Tarian massal atau Ja'i ini mempunyai gerakan kaki yang seirama dan kekompakan gerak tubuh para penari, sangat menarik. Yang disayangkan bahwa anak - anak remaja keturunan Ngadha mulai sedikit yang berminat untuk turun menari pada saat tarian Ja'i yang tradisional, namun saat tarian yang berirama modern mereka begitu lincah turun menari. Hal ini tidak mengurangi  semangat para orangtua generasi Ngadha untuk terus mengajari anak - anak tersebut. [caption id="attachment_163223" align="alignnone" width="300" caption="bajawa/Dok.pri/BCRT/2012"]
1326345009353610332
1326345009353610332
[/caption] [caption id="attachment_163241" align="alignnone" width="300" caption="bajawa/Dok.pri/BCRT/2012"]
1326347443446078047
1326347443446078047
[/caption] Salah satu tradisi budaya Ngadha adalah duduk bersama membicarakan masalah atau persoalan baik itu dalam keluarga dan dalam kepemimpinan.  Ungkapan dalam bahasa Ngadha kematangan yang berwibawa justru hasil  musyawarah dan mufakat bukan kehendak  satu orang yang disanjungkan; ' DA MAMI PU'U GO LUKA TUA MATA API". Menarik bila menyimak  salah satu Motto kepemimpinan dari  pokok ajaran tradisi Ngadha ini, ternyata mirip dengan ajaran budaya jawa. Dalam bahasa daerah Ngadha disebutkan" DIA NGIA MOE JA'I PERAWA'I ( di depan sebagai penunjuk jalan), PARA KISA SAMA SAKA WOKA ( ditengah bekerja bersama/ berpartisipasi) DIA LOGO WI DHO'O TOKO TENGU ( dari belakang memberi dukungan atau dorongan semangat). Mengingatkan kita pada motto Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Sungguh luarbiasa ternyata nenek moyang kita merupakan suatu kesatuan dalam filosofis ajaran - ajaran kepemimpinannya. [caption id="attachment_163200" align="alignnone" width="300" caption="bajawa/Dok.pri/BCRT/2012"]
1326338439352673386
1326338439352673386
[/caption] [caption id="attachment_163244" align="alignnone" width="300" caption="bajawa/Dok.pri/BCRT/2012"]
13263480211004981610
13263480211004981610
[/caption] Gambar di atas adalah  anak - anak generasi muda Ngadha. Mereka sedang duduk bersama di tikar yang telah dipersiapkan panitia. Anak - anak diajarkan bagaimana makan dengan tatacara budaya Ngadha dengan tertib duduk menunggu di tempat sementara orangtua mereka berkeliling membagikan nasi dan sayur serta lauk pauk. Melihat wajah dan pakaian adat  anak - anak mereka,  tentu sangat khas nuansa kedaerahannya, namun ketika mendengar mereka berbincang dan bercanda, jangan heran kalau bahasa anak - anak itu  khas Suroboyoan bahasa jawa, maklum mereka lahir dan besar di Jawa timur. Tak sedikit pula anak - anak generasi Ngadha tersebut hasil perkawinan antar suku di Indonesia. Ada begitu banyak ajaran tradisi budaya keluarga  Ngadha yang sangat bagus, namun tidak semuanya bisa ditulisksan disini. Dalam ajaran pendidikan anak - anak masyarakat Ngadha mengakui bahwa keluarga merupakan tempat yang paling  awal dan penting sebagai  dasar pembentukan kepribadian seorang anak. [caption id="attachment_163198" align="alignnone" width="300" caption="bajawa/Dok.pri/BCRT/2012"]
13263371942112631422
13263371942112631422
[/caption] [caption id="attachment_163240" align="alignnone" width="300" caption="bajawa/Dok.pri/BCRT/2012"]
13263471241719386497
13263471241719386497
[/caption] Sekilas tentang salah satu tradisi Ngadha, ada pesta adat yang dikhususkan untuk generasi muda, yakni untuk kaum muda menjelang dewasa dan mencari pasangan hidup. Pada pesta We la Ripe atau kege bere ada sendratari yang disebut Lea Nore, yakni menari sambil menjaga jarak antara laki - laki dan perempuan. Dalam  petikan syair lagu yang mengiringi sendratari tersebut menunjukkan kesiapan lahir batin yang  matang sebelum ke pelaminan. Mereka diharapkan tetap menjaga kesucian diri sebelum menikah resmi. Dalam perkawinan adat masyarakata Ngadha, laki - laki masuk dalam keluraga pihak perempuan. Adat kawin masuk ini bukan karena laki - laki tidak bisa membayar belis tetapi karena wadah perkawinan yang matrilineal atau matriarkhat. dimana laki laki masuk menjadi pendukung suku wanita ( Budaya Ngadha, Yoseph Tua Demu ) [caption id="attachment_163195" align="alignnone" width="300" caption="bajawa/Dok.pri/BCRT/2012"]
13263365431996077079
13263365431996077079
[/caption] P. Pius Kila  SVD saat wawancara menyampaikan bahwa  kegiatan ini sejalan dengan harapan Yoseph Tua Demu BA, dalam bukunya tentang penggalian nilai Budaya Ngadha. Pius Kila SVD sangat mengapresiasi  dan mendukung  semangat kaum muda Ngadha Surabaya yang menyelenggarakan kegiatan ini. Sesuai dengan motto yang tertuang dalam bahasa daerah mereka " Ko'e boa kau mimi, pegi kage suli ngi'i" yang artinya ; Belum punah sudah bertunas, belum patah sudah bertumbuh, belum hilang sudah terganti" Semoga sebelum monumen budaya Ngadha terkikis oleh arus budaya modern telah dipersiapkan generasi Ngadha yang cinta budaya dan melestarikan warisan adat istiadat leluhurnya di tengah maraknya arus  budaya asing dan dunia modern. Salam cinta budaya Indonesia Bidan Romana Tari Foto gambar rumah adat Bena dan gambar Suku asli Ngadha  ( hitam putih) diunduh dari Google, selebihnya dokumen pribadi. Saran bacaan;

http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011/09/20/refleksi-kisah-pewayangan-dalam-konteks-kebidanan/

http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2011/12/16/mirror-titisan-arwah-penari-gandrung-banyuwangi/

http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011/10/02/mengenal-tradisi-budaya-nusantara-seputar-kehamilan/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun