Mohon tunggu...
Bidan Care / Romana Tari
Bidan Care / Romana Tari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bidan Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup,\r\n\r\nMari hidup sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lima Kisah Berkesan Tentang Sosok Guru dalam Hidupku

25 November 2011   04:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:13 2699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat hari guru sebelumnya. Terimakasih dan kebanggaanku pada guru - guru mulai dari taman kanak- kanak hingga pendidikan bidan membuat saya tergerak menuliskan beberapa kenangan indah tentang sosok seorang guru.  Kenangan ini saya tuliskan sebagai apresiasi rasa hormat dan bangga saya pada seorang guru yang telah membuat saya menjadi seperti saat ini. Aku cinta para guru di Indonesia. Berikut bunga rampai cintaku pada guruku.

Bu Mamik, bukan hanya mengajar menyanyi tetapi juga memandikan kami

Bu Mamik adalah guru taman  kanak - kanakku. Namanya sekolah di desa. Bisa masuk taman  kanak - kanak pada masaku adalah sesuatu yang masih jarang. Satu satunya taman kanak kanak di  5  desa kami hanyalah di desaku. Tepatnya jarak dua rumah di depan halaman rumahku. Aku sangat bandel sekali waktu kecil. Ada pengumuman besok foto bersama di sekolah dari bu Mamik, tapi aku tidak menyampaikan ke ibu. Aku malah bangun siang, Bu Mamik menjemput ke rumah. Aku menangis tidak mau sekolah. Setelah dirayu akhirnya aku mau tapi mandinya di sekolahan. Bu Mamik sabar sekali memandikan aku he he he. Tapi waktu disuruh pakai seragam TK aku tidak mau. Aku memilih baju  kesayanganku. Yah apa boleh buat daripada aku tidak mau foto dan sudah ditunggu teman - teman, maka berfotolah aku dengan baju kesayanganku itu he he he. Sayangnya ibu tidak menyimpan foto itu. Pernah suatu ketika aku pulang dan sudah jadi bidan, aku mengunjungi  bu Mamik. Beliau terharu  dan bahagia.

Aku terpaksa berendam di saluran irigasi sawah gara - gara pak Guru

Suatu hari aku ada tugas membuat asbak dari tanah liat. Seperti mendapat kesempatan emas aku girang luar bisa. Aku sudah membayangkan akan berendam di sungai kecil aliran irigasi sawah yang airnya deras dan jernih. Aku jarang dapat ijin main ke sungai. Lalu pamit ibu, bu aku mau cari lempung  ( tanah liat ) untuk prakarya buat asbak. Ibu mengijinkan. Tapi aku bukan hanya cari tanah lempung itu. Tapi lomba slulup alias nyelam di sungai. Aku tidak mahir berenang, tapi lumayan bisa ngapung he he he. Tidak terasa sudah hampir sore. Wah, tiba - tiba guruku lewat, namanya pak  Budiono. Duh kami semua takut dimarah dan dilaporkan ke orangtua. Semua langsung sembunyi diantara rumput - rumput sungai. Waduh, ini pak guru kog malah nggak pergi - pergi. Akhirnya kepala kami nongol satu persatu diantara rumput yang tumbuh dipinggiran sungai. Pak Guruku itu langsung  tahu satu persatu kami yang main disungai. Kami disuruh naik dan dimarahi, beliau tidak ingin kami sakit masuk angin dan segera disuruh pulang. Oh tanah lempung belum dapat, asbak belum bikin malah dimarahi ketahuan main di irigasi he he he.

Gara - gara Guruku bu Karsilah aku pandai menari Bali

Waktu aku masih SD kelas dua, ada persiapan PORSENI di desaku. Semacam pekan olahraga dan seni. Kabupaten kami akan menerima banyak tamu dari kota Palembang. Bu Karsilah menyiapkan teman teman belajar menari tari jawa. Aku tidak masuk hitungan karena masih kecil katanya. Aku menangis mengadu ke bapakku. Lalu bapak yang juga guru menemui bu Karsilah, minta aku diajari menari apa saja. Jadilah aku menari tapi iringannya cuma gitar dan lagunya itu lho" Kukukuruyuk begitulah bunyinya..dst"  Aku dan temanku Pran berdua menari itu. Gerakannya sederhana sekali. Aku sampai rumah protes. Tidak mau nari itu. Jelek! Bapak dan ibuku bingung. Wah mau nari opo toh nduk? Mau seperti yang di tipi kataku waktu itu. Akhirnya diam - diam bapak menghubungi Nyoman Sulidri murid bapak SPG ( Sekolah Pendidikan Guru ). Setiap sore aku dikirim ke desa   kelompok penduduk transmigran dari Bali, nama desanya Anyarsari. Disana ada pura, upacara Ngaben dan sebagainya. Aku belajar tari Payembrama  dan Margapati. Tibalah saatnya pentas seni, aku yang masih imut itu didandani pakaian Bali. Wah, panggungnya tinggi sekali. Terpaksa aku digendong bapak naik ke atas panggung he he he. Bu  Karsilah terheran - heran. Aku senang membuat kejutan untuknya. Diam diam aku punya guru lain yakni bu Guru seni tari, mbak Nyoman Sulidri. Saat  Turun dari panggung aku diciumi bu Karsilah. Aku senang sekali, berkat bu Karsilah  tidak memilihku menari jawa, akhirnya aku bisa menari berbagai tarian Bali saat SD. Fotonya masih kusimpan sampai kusam he he he.

Maaf pak Guru, terpaksa kujahit Kakimu  tanpa obat bius

Suatu hari aku pulang liburan sekolah. Aku pulang dari asrama dan menuju desaku. Malamnya saat aku mau tidur ada om ku yang ketuk pintu. Minta tolong aku datang ke rumah pak Guruku  pak Budi .S. Beliau kecelakaan meninggal di tempat dan kakinya luka terbuka. Malam - malam aku menuju rumah budeku yang menjadi  bidan dan minta perlengkapan menjahit luka. Aku sangat sedih melihat keadaan  luka dikaki Almarhum guruku. Kurapikan tulang kakinya lalu kujahit. Rasanya aku tak tega melakukannya. Beliau guru bahasa Indonesia yang paling kukagumi. Tulisannya bagus dan beliau sangat sabar mengajar muridnya menulis huruf  halus.. Semua guru - guruku juga hadir. Aku mau menangis rasanya. Maaf pak Guru, terpaksa kujahit kakimu tanpa obat bius. Ini adalah pengalaman pertama dan kuharap terakhir dalam hidupku.  Setelah semua luka rapi, aku membantu merawat jenasah beliau. Aku tidak bisa menahan airmataku. Sebagai seorang mantan murid aku merasa Almarhum adalah sosok guru yang sangat dekat dengan murid, kadang sedikit keras tapi dibalik itu beliau mengajarkan kedisiplinan yang terus kupegang menjadi bekal hidupku.

Aku bisa ikut ujian Sekolah Perawat karena  dukungan guruku.

Masih ingat ketika aku SPK ( Sekolah Perawat Kesehatan ) . Menjelang ujian akhir aku nyaris tidak bisa ikut ujian. Uang SPPku masih belum terbayar 5 bulan. Keadaan ekonomi orangtuaku sedang sulit. Aku sudah mendapat surat peringatan dari sekolah. Bila belum dilunasi aku tidak bisa ikut  ujian. Aku waktu itu sangat sedih, bagaimana ya caranya. Aku harus ikut ujian. Dengan membawa raport dan hasil prestasi belajarku, aku menemui kepala sekolahku Sr Antoni, beliau guru pelajaran anatomi fisiologi sekaligus kepala sekolahku. Ketika itu  beliau katakan aku bisa ikut ujian dengan syarat aku mengajukan  perpanjangan ikatan dinas ke rumah sakit. Akhirnya dengan modal nekad aku membawa raportku menuju ruang Direktur Rumah sakit  Charitas. Jika kuingat - ingat lagi aku jadi heran, kog berani ya aku waktu itu. Tanpa prosedur, cuma membawa raport aku menemui Direktur rumah sakit dan mengatakan aku ingin ikut ujian, mengajukan ikatan dinas tambahan satu tahun. Akhirnya mungkin tidak tega melihat aku semangat sekali, keluarlah surat  memo kecil yang mengijinkan aku ikut ujian dan dibiayai rumah sakit. Duh terimakasih sr Antoni, beliau guru yang sangat  berperan penting  dalam mendukung cita - citaku. Aku segera lari pulang naik bus ke asrama  dengan gembira dan menunjukkan surat itu pada sr Antoni. Tanpa jasa guruku itu tak mungkin aku bisa menjadi bidan seperti saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun