Payah sekali aku harus terlupa sesuatu ketika sudah siap berangkat di atas motor begini. Padahal tanpa benda ini apalah aku. Bagaimana bisa aku pulang ke rumah kalau seperti ini?Â
Teringat terakhir kali tadi aku berada di ruang perpustakaan sekolah. Astaga mana semua guru sudah pulang pula, dan ini hari Sabtu. Murid penghuni asrama sudah pulang semua ke kampung mereka di wilayah atas sana.
Jam di tanganku baru menunjukkan pukul 14.00 WITA. Namun, hari tampak menggelap. Sepertinya akan turun hujan. Ah, mengapa mereka tidak memanggilku untuk pulang sama-sama? Ataukah aku yang tidak mendengar karena keasyikan mencari bahan untuk PTK-ku? Akhirnya kuputuskan kembali ke perpustakaan.Â
Kulihat pintu perpus tertutup tapi belum bergembok. Lamat-lamat kudengar suara-suara gaduh dari dalam. Mungkin Paman Sekolah berada di dalam sedang membersihkan sesuatu, tapi mengapa pintunya ditutup ya?
Kuketuk pintu tiga kali. Seketika senyap. Nampaknya beliau menghentikan aktivitasnya. Langsung saja kubuka pintu dan ... ternyata kosong. Aku satu-satunya makhluk bernyawa di ruangan ini. Tubuhku meregang. Tengkukku bergidik. Dingin genggaman tanganku. Ingin kuberlari segera. Namun, kakiku seolah dilem oleh lantai.
Kuputar tubuhku berbalik menghadap pintu. Lalu ....
"Aaa ...." Dia lewat di antara kakiku. Kepalaku berdesing dan mataku melotot menatap tak berkedip. Aku terpaku. Dia hitam dan panjang mencicit berjalan dengan sempurna bak kereta api. Sungguh menyeramkan.
-The End-
Febriana Ryna
Rin'S
Bidadari Alai Timur