Mohon tunggu...
Bibi Young
Bibi Young Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga

Penulis yang sibuk mengurus anak dan suami serta sesekali membersihkan rumah.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kantong Tebal Negeri Pasca Pandemi

16 November 2020   15:15 Diperbarui: 16 November 2020   15:30 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata ada kabar lain yang memberi kita napas panjang selain telah ditemukannya vaksin Covid19, yakni dari sektor perekonomian. Mulai hari ini sebuah pintu perdagangan telah kita buka yang menyajikan lebih dari seperempat pasar dunia. Artinya kran ekspor kita akan semakin lancar mengalir dan secara otomatis memicu pertumbuhan perekonomian negeri ini.

Sepengetahuan saya, salah satu sektor paling ramai di tengah pandemi ini adalah sektor digital. Ketika sektor lain terpuruk, platform-platform digital justru meningkat sekian kali lipat trafiknya. Dari media sosial, ruang jejaring virtual sampai platform penjualan online. Selain digunakan sebagai media kampanye penerapan protokol kesehatan, semua media itu juga dimanfaatkan untuk dunia pendidikan dan perekonomian (jualan).

Tidak berlebihan memang jika saat ini banyak yang menyebut sektor UMKM jadi primadona di tengah corona. Di tengah kondisi yang serba dibatasi, masyarakat justru banyak melahirkan kreasi. Dari yang usahanya sudah mapan sampai yang baru melalui tahap percobaan. Dengan asumsi itu, produksi dalam negeri tetap berjalan bahkan mengalami peningkatan.

Semangat produktif ini memang sangat menggembirakan. Bukan hanya di sektor UMKM, produktivitas yang tinggi ternyata juga dialami sektor pertanian serta beberapa sektor lain termasuk migas. Tapi jangan sampai produksi ini tidak teralirkan karena pemerintah tidak bisa membuka jalan jualan, khususnya di pasar internasional.

Mungkin Presiden Joko Widodo menyadari kondisi itu dan tidak ingin momentnya lewat begitu saja. Karena kondisi seperti ini tidak mesti bakal terjadi seabad sekali. Artinya, diplomasi perdagangan kita mesti bergerak cepat. 

Untungnya kita tidak memiliki sentimen negatif dengan negara manapun. Hasilnya? Deal, hari ini Regional Comprehensive Economic Partnership atau Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional diteken seluruh negara ASEAN ditambah Cina, Jepang dan Korea! Lho, kenapa tidak seluruh dunia sekalian? Dari kelamaan dan tidak ada kejelasan, menggarap pangsa regional memang lebih menguntungkan. Terlebih kawasan RCEP menyimpan 29,6 penduduk dunia dan 32 persen PDB dunia. Ini pasar yang sangat besar dan sangat potensial.

Kita memang patut bersyukur memiliki Menteri Perdagangan yang apik dalam berdiplomasi dagang, layaknya Menteri Luar Negeri yang memang piawai berdiplomasi. Memang kabar dari kementerian ini tidak terlalu asyik dikonsumsi publik. Karena kebiasaan dari dulu, kementerian ini hanya mengabarkan naik turunnya sembako, impor gula, beras dll tapi melupakan kerja-kerja produktif yang meningkatkan neraca perdagangan. Jika dulu yang dititik beratkan adalah soal konsumsi sekarang dibalik all about produksi. Bahkan dibukanya RCEP itu membuka peluang lebar peningkatan ekspor dari 8 sampai 11 persen.

Artinya jika kepercayaan di tingkat regional pada negara kita naik, peningkatan perekonomian negara kita akan semakin terungkit. Karena pasti dunia internasional juga menaruh kepercayaan itu pada kita. Kita doakan saja semua lembaga yang terlibat dalam misi ekspansi dagang ini konsisten dan tidak tergoda rayuan "preman pelabuhan". Jika mereka kerja untuk rakyat, maka rakyatlah yang akan melindungi kerjanya. Ayo kerja kerja kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun